1 Mei 2013

Laporan Inklusi III: Tunagrahita



LAPORAN OBSERVASI TUNAGRAHITA
YAYASAN PELAYANAN PENYANDANG CACAT GANDA
“ BINA SEJAHTERA “ SURAKARTA
SLB-C.G BINA SEJAHTERA KARANGANYAR







Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

DISUSUN OLEH:
1.     Bariqul Amalia Nisa                (K2311011)
2.     Dwi Putri Sabariasih               (K2311022)
3.     Uly Azmi Masna                      (K2311080)


PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013


BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat dan untuk mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.
Penyandang tunanetra merupakan individu yang memiliki hak yang sama seperti individu normal di dalam pendidikan. Hak mereka tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 11 yang berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai jenis dan derajat kecacatan, sedangkan pasal 12 menekankan bahwa setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis dan pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya serta kemampuannya. Dengan demikian hak para penyandang cacat termasuk para penyandang tunarungu memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan dan hal tersebut dijamin oleh undang-undang.
Pentingnya pemberian pendidikan khusus bagi anak yang mengalami hambatan penglihatan di Indonesia masih sangat kurang usaha dan antusiasnya. Hal ini terlihat pada kesadaran sebagian besar para orangtua yang belum memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya yang mengalami hambatan dalam penglihatan. Pentingnya pendidikan dini di keluarga berdampak pada kondisi anak saat masuk ke lingkungan sekolah. Apabila orangtua sejak dini sudah memberikan pendidikan, kondisi anak ketika masuk sekolah tidak begitu buruk. Namun bagi orangtua yang belum memberikan pendidikan bagi anaknya hal ini bisa dilihat dari kondisi anak saat memasuki bangku sekolah yang mengalami kesulitan. Anak dalam keadaan tidak tahu tentang dirinya yaitu bahwa dirinya mengalami hambatan dalam penglihatan.
Kurangnya sikap menerima dan ikhlas dari orangtua juga ikut mewarnai pendidikan bagi anak tunanetra. Sikap tidak mau menerima dengan kenyataan yang ada membuat kondisi anak semakin menarik diri. Ini jelas mengganggu perkembangan psikologisnya. Anak yang memiliki sejuta potensi terancam tidak bisa dikembangkan dengan maksimal.
Untuk itu mulailah menumbuhkan kesadaran bahwa anak tunanetra juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, memiliki kebutuhan untuk bisa diterima di dalam masyarakat dengan keterbatasan yang ada serta perlunya dukungan secara moril untuk perkembangan mental anak tunanetra supaya memiliki kepercayaan diri terhadap potensi yang dimilikinya. Perlu juga mengubah paradigma lama tentang anak tunanetra bahwa anak tunanetra tidak mampu untuk hidup mandiri. Yang terpenting adalah sikap orangtua untuk menerima dengan ikhlas kondisi keterbatasan pada anak.
 Pada kesempatan ini dilakukan observasi anak tunanetra di SMK Negeri 8 Surakarta. Dimana sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi yang menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK).













BAB II
ISI

2.1 PELAKSANAAN OBSERVASI
Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 20 April 2013 bertempat di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar. Kami berangkat pada pukul 08.300 WIB dan berakhir melakukan observasi pada pukul 11.45 WIB. SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar beralamat di Pancuran, Selokaton Kec. Gondangrejo Kota Karanganyar. Kami kesana dengan mengendarai sepeda motor. Sesampai disana kami disambut langsung oleh Bapak Ibu yayasan dan siswa siswi ABK. Kemudian kami diarahkan untuk masuk ke ruang serbaguna dan disuguhkan penampilan music yang disajikan oleh anak ABK bersama Bapak Mukhidi yang merupakan Kepala sekolah SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar. Kemudian acara observasi di awali dengan penyampaian maksud dan tujuan kami datang ke SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar , dilanjutkan dengan sambutan dan penjelasan dari kepala yayasan dan kepala sekolah. Tidak lupa ada acara tanya jawab dengan beliau.
Setelah itu kami mewawancarai Ibu Utamiyanti yaitu salah seorang guru yang mengampu kelas Pink. Dilanjutkan dengan observasi anak ABK, khusunya ABK Tunagrahita. Kami tidak mewawancarai siswa siswi ABK Tunagrahita secara langsung tapi kami mengeamati kegiatan mereka selama di sekolah.

2.2  identitas sekolah         

Nama Sekolah                              : SLB-C.G BINA SEJAHTERA KARANGANYAR
 Alamat Sekolah                           : Pancuran, Selokaton
 Kecamatan                                  : Gondangrejo
Kota                                              : Karanganyar
Kode Pos                                       : 57126
Telpon / Fax                                 : (0271)7083720 / (0271) 853148
NSS                                               : 802031313048
NIS                                                : 28001
 NPSN                                           : -
Ijin Operasional Sekolah              : 425.1 / 0021539
Tahun Operasional Sekolah         : B +
Status tanah                                 : HAK MILIK
 Luas tanah                                   : 1600 M²
Status bangunan                          : PERMANEN
Nama Yayasan                             : YAYASAN PELAYANAN PENYANDANG
                                                        CACAT GANDA BINA SEJAHTERA
SIP (Surat Ijin Pendirian)              : 98/1995.TGL : 29 JUNI 1995
 Alamat Yayasan                          : Jl. Kalingga VII / 24  Banyuagung RT.02/II
                                                        Kadipiro Banjarsari Surakarta
Jumlah Guru / Pendidik dan Tenaga Kependidikan :
     a. Guru Negeri DPK                 :   1 Orang
     b. Guru Tetap Yayasan            :   8 Orang
     c. Guru CPNS                           :    -
     d. Karyawan                            :   1 Orang
 Jumlah Siswa dalam 3 tahun terakhir
 Jumlah Siswa TKLB                                :    -
Tahun Ajaran
P  1
P  2
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
2009/2010
-
-
-
-
2010/2011
-
-
-
-
2011/2012
-
-
-
-
Jumlah Siswa SDLB                                :   54 anak
Tahun Ajaran
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
2009/2010
5
1
6
1
6
1
5
1
7
1
2
1
2010/2011
8
1
9
1
10
1
9
1
10
1
6
1
2011/2012
7
1
10
1
11
1
7
1
7
1
12
1

Jumlah Siswa SMPLB                               : - anak
23. Kelas SMA LB              : - anak           
Tahun Ajaran
Kelas 7
Kelas 8
Kelas 9
Kelas 10
Kelas 11
Kelas 12
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
J.Sw
J.Rb
2009/2010
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2010/2011
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2011/2012
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-















 Keadaan Guru
GURU NEGERI
GR.CPNS
GR.WB
KARYAWAN
KETERANGAN
1
-
8
1




RUANG
KELAS TKLB
KEBUTUHAN
KETERANGAN
DIBUTUHKAN
YANG ADA
KURANG
P1
P2
1
-
1

1
-
1
KELAS SDLB
DIBUTUHKAN
YANG ADA
KURANG
KETERANGAN
1
1
1
-

2
1
1
-

3
1
1
-

4
1
1
-

5
1
1
-

6
1
1
-

JUMLAH
6
6
-

KELAS SMPLB
DIBUTUHKAN
YANG ADA
KURANG
KETERANGAN
7
1
-
1

8
1
-
1

9
1
-
1

JUMLAH
3
-
3

RUANG
KELAS SMALB
DIBUTUHKAN
YANG ADA
KURANG
KETERANGAN
10
1
-
1

11
1
-
1

12
1
-
1

JUMLAH
3
-
3


2.3  HASIL OBSERVASI
a. Ketua Yayasan
 Ketua Yayasan SLB-C.G Bina Sejahtera Karanganyar yang kami wawancarai bernama Bapak Drs. W. Budiarsono. Menurut penuturan Bapak Drs. W. Budiarsono Yayasan Pelayanan Penyandang Cacat Ganda “Bina Sejahtera” Surakarta ini merupakan lembaga non pemerintahan yang bergerak pada layanan sosial yang melayani penyandang cacat ganda yang didirikan pada 29 Juni 1995  dengan surat ijin pendirian no 98 tahun 1995. Pendirian yayasan pada tahun 1995 ini berpacu pada data statistik dengan 3,11% dari penduduk yang tersebar di kabupaten Kota Jawa Tengah menderita kecacatan dan karena belum adanya yayasan cacat ganda satupun yang didirikan. Namun pada tahun 1998 yayasan ini sempat mendapat perhatian, bantuan dan donatur dari Belanda hingga tahun 2010.
Menurut Bapak Drs. W. Budiarsono pelayanan yang diberikan di yayasan ini meliputi asrama, SLB, kebutuhan hidup, makanan, kesehatan. Untuk pelayanan asrama bagi para penyandang cacat ganda dikhususkan berumur 7-35 tahun. Karena  penyandang cacat ganda sulit untuk didiagnosis maka dibutuhkan bimbingan atau pelayanan khusus kesehatan seperti halnya pengawasan ketika mandi. Karena ketika tidak adanya pengawasan , penyandang cacat ganda ini cenderung akan memakan  sabun, odol dan menghabiskan air 1 bak.
Pelayanan pendidikannya terdapat dua sekolah yakni SLB-C.G Bina Sejahtera Surakarta dan SLB-C. G YPPCG Mojosongo. Sedangkan untuk pelayanan psikologi dan terapi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan. Di sini fisioterapi dilakukan 2 kali seminggu dari pihak luar yayasan karena belum adanya tenaga kerja yang tetap. Pelayanan yang terakhir adalah deteksi dini dan motivasi yakni memberikan pengetahuan umum tentang cacat ganda pada orang tua.
Yayasan ini memiliki 3 struktur komponen yakni pembina (mebuat visi dan misi), pengurus(menjalankan visi dan misi), dan pengawas(mengawasi visi dan misi). Kendala pada yayasan ini adalah banyak anak tuna grahita yang orang tuanya masih hidup namun kebanyakan dari pihak orang tua tidak menerima, inginnya ditaruh disini padahal di luar sana banyak pihak orang tua juga yang mengantri untuk menaruh anakanya di yayasan ini.
b.  Kepala Sekolah
 Kepala Sekolah Yayasan SLB-C.G Bina Sejahtera Karanganyar yang kami wawancarai bernama Bapak Mukidi, S. Pd. Menurut penuturan Bapak Mukidi, S. Pd Kurikulum yang digunakan pada yayasan ini meliputi kurikulum fungsional alamiah(KTSP disederhanakan lagi) yakni dengan tiap-tiap anak mempunyai tinjauan atau pendekatan sendiri-sendiri. Selain itu disusun program seperti yang masih punya orang tua dirumbuk sama orang tua.
Menurut Bapak Mukidi, S. Pd . faktor penyebab seseorang mengalami tunagrahita antara lain: penyebab sebelum lahir seperti ibu mengandung yang salah minum obat, kecelakaan, perkawinan sedarah, yang kedua penyebab saat lahir seperti proses kelahiran lama, alat bantu yang tidak steril, sehingga menyebabkan kondisi otaknya terganggu. Dan yang terakhrir penyebab setelah lahir seperti salah minum obat, kecelakaan.
Penggolongan cacat ganda meliputi penggolongan cacat ganda ringan, sedang, dan berat. Penggolongan cacat ganda ini merupakan penggolongan cacat ganda dengan tunagrahita. Grahita dan netra cenderung nalarnya dibawah rata-rata normal. Cacat ganda ringan IQ sekitar 50-70 mampu didik, cacat ganda sedang IQ sekitar 30-50 mampu latih, dan cacat ganda berat IQ 0-30 (idiot) mampu rawat.
Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan pada pendidikan anak biasa sama seperti sekolah pada umumnya. Hanya saja pendidikan anak tunagrahita membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak mengingat keterbatasan kecerdasan intelektual. Ada yang buatan dari pabrik(tidak sekali pakai: peta timbul). Tetapi itu semua kembali juga kepada kreativitas para pendidiknya. Media pembelajarannya umumnya mutlak yakni walaupun sesederhana materi yang diajarkan sangat perlu dibutuhkan media pembelajaran. Sedangkan di sini musik digunakan sebagai media terapi untuk penyandang cacat ganda tunagrahita.
Pada pembelajaran ipa, ipa yang diajarkan sangat sederhana, namun kebanyakan yang sudah diajarkan butuh pengulangan pengajaran kembali karena keterbatasan pemikiran mereka.
Pada uumnya cara untuk mencari kelas yakni dengan menggunakan warna jendela dibuat berbeda-beda. Kondisi kelas tidak jauh berbeda dengan kelas umum. Tiap kelas terdiri dari 5-8 anak dan maksimalnya 13 anak. Untuk warna jendela ditentukan bukan karena kesamaan atas umur kalender tetapi atas umur mental mereka. Pengelompokan ini untuk memudahkan pembelajaran
Penjejangan masih setara dengan anak-anak SD. Dan kebanyakan lulusannya tetap dititipkan di sini.
Proses evaluasi di yayasan ini menuntut kegiatan praktek dan menggunakan raport 2 versi yakni raport seperti anak TK  yang berisi kemampuan bahasa, sosialisasi, dll. Dan raport dalam bentuk semacam grafik. Selai itu menggunakan skor anak yang bisa melakuakn kegiatan tertentu seperti halnya 75% bantuan  memperoleh skor 1 dan dengan 25% bantuan  memperoleh skor 2.
c. Guru Kelompok PINK
     Guru kelompok PINK SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar yang kami wawancarai bernama Ibu Utamiyanti. Beliau adalah lulusan Pendidikan Luar Bisaa UNS pada 31 Mei 2004. Beliau mendapat SK mengajar di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar sejak tahun 2004 hingga saat ini.
Menurut penuturan Ibu Utami sebenarnya SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar mempunyai kurikulum tersendiri yaitu Kurikulum Fungsional Alamiah. Dari pihak yayasan sudah mengajukan kurikulum tersebut kepada Depdiknas akan tetapi sampai saat ini belum ditanggapi. Padahal syarat sebuah sekolah atau yayasan menggunakan kurikulum tersendiri  ketika kurikulum tersebut sudah dilegalkan oleh Depdiknas.
Walaupun kurikulum yang diajukan belum dilegalkan belum dilegalkan, pihak sekolah tetap menggunakan Kurikulum Fungsional Alamiah. Hal ini bukan berarti pihak yayasan maupun sekolah tidak mengikuti aturan pemerintah, hal ini dilakukan karena jika pihak sekolah dan yayasan menggunakan kurikulum yang sesuai dengan pemerintah akan kesulitan dan dari pihak anak ABK pun tidak bisa mengikuti. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini lebih sederhana daripada kurikulum KTSP, karena masing-masing anak ABK, khususnya Tunagrahita mempunyai tinjauan masing-masing, dan juga setiap anak ABK mempunyai kurikulum yang berbeda sesuai dengan kekurangannya.
Akan tetapi untuk memenuhi tuntutan dari pihak Depdiknas, pihak sekolah membuat dua macam laporan, yaitu satu laporan untuk memenuhi tuntutan Depdiknas yang berupa raport dengan angka-angka yang sejenis dengan raport anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK) sedangkan raport yang satunya lagi merupakan raport mengenai hasil evaluasi di kehidupan sehari-hari yaitu raport yang berupa kalimat-kalimat seperti raport anak TK.
Jumlah siswa yang dikategorikan masuk ke kelas Pink ada 3 siswa, yaitu Agus, Udin, dan Bowo. Pengkategorian masing-masing kelas ini berdasarkan kemampuan mental yang setara, perkiraan kisaran IQ yang sama, dan secara fisik mereka sudah besar ,kemampuannya lebih baik dan secara umur kalender sudah cukup tua. Di sekolah ini belum dilaksananakan tes IQ , padahal kisaran IQ ini digunakan untuk mengkategorikan ABK untuk masuk ke kelas yang mana. Hal ini dikarenakan pengadaan tes IQ ini membutuhkan biaya, padahal pihak yayasan belum mempunyai dana yang cukp untuk melakukan tes IQ. Kelas Pink merupakan kelas mampu rawat dan mampu latih, dibandingkan dengan kelas lainnya kelas Pink merupakan kelas yang lebih baik berdasarkan mental dan IQ nya.
Hal-hal yang diajarkan di sekolah ini merupakan hal-hal yang diusahakan dapat membuat ABK Tunagrahita menjadi mandiri. Di sekolah ini tidak di ajarkan teori-tyeori karena ABK malah tidak dapat menerima pelajaran yang berupa teori. OLeh karena itu di sekolah ini lebih banyak alat-alat olahraga, agar siswa ABK dapat bergerak dan berolahraga. Selain itu sistem pembelajaran disini lebih banyak menggunakan sistem percontohan, maksudnya dari pihak guru memberikan contoh yang baik-baik, maka lama-kelamaan siswa akan meniru. Contohnya : Ketika kami baru sampai di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar beberapa ABK Tunagrahita langsung menyalami kami. Ternyata guru telah membisaakan ABK untuk menyalami tamu atau orang yang mereka temui, mereka diajarkan kesopanan. Siswa ABK Tunagrahita maupun Cacat ganda juga dibisaakan untuk melakukan sholat dhuha, awalnya para guru yang member contoh, sehingga para ABK mau mengikutinya. Di setiap kelas juga disediakan cermin yang besar, cermin ini digunakan untuk bercermin, akan tetapi ada tujuan tambahan yaitu agar para ABK membisaakan merapikan pakaian dan dirinya atau untuk melatih untuk berpenampilan yang lebih baik.
Selain belajar untuk menjadi mandiri, ABK juga diajarkan keterampilan. Keterampilan unggulan di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar adalah membuat telur asin dan bubuk jahe. Siswa ABK, khususnya Tungrahita memang tidak bisa mengerjakan proses keterampilan ini dari awal sampai akhir, akan tetapi mereka mempunayi andil dalam keterampilan ini. Contohnya : Agus bisaanya membantu mengupas jahe. Bagi kita yang normal mengupas jahe mungkin adalah hal yang sangat mudah dilakukan, akan tetapi mengajarkan kepada ABK Tunagrahita mengupas jahe itu membutuhkan waktu yang tidak cepat. Tidak heran jika menurut guru di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar untuk mengajarkan sesuatu kepada ABK tungrahita membutuhkan waktu yang lama dan perlu banyak pengulangan.
                        Di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar juga terdapat jadwal pelajaran setiap harinya. Mulai dari pagi hari sudah ada jadwal pelajaran setiap harinya, akan tetapi pada pagi hari selalu ada pengkondisian oleh masing-masing guru kelompok, hal ini dimaksudkan agar setiap harinya proses belajar diawali dengan kesenangan dan kebahagiaan untuk ABK. Hal ini dilakukan karena jika pada pagi hari ABK suadah rewel maka seharian ia akan rewel, begitu juga sebaliknya ketika di pgi hari sudah dikondisikan agar mereka senang, maka seharian itu mereka akan senang dan tidak rewel.  Contoh jadwal hari senin dari jam 07.00-09.00 adalah mata pelajaran agama. Selama dua jam tersebut guru melakukan pengkondisian terhadap siswa ABK di kelasnya sambil di sisipi tentang agama, tetapi bukan berupa teori.
Beberapa kemampuan yang dilatih disini adalah bina diri, memasak, berkebun, Olahraga,dll. Sasaran utamanya adalah kemampuan bina diri, contoh dari bina diri adalah latihan sikat gigi, latihan mandi, latihan berpenampilan yang baik. Masing-masing dari guru yang terdapat di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar mempunyai tanggung jawab masing-masing. Ibu Utami sendiri mempunyai tanggung jawab sebagai guru kelompok Pink dan bina diri. Sedangkan Bapak Mukhidi sendiri sebagai penanggung jawab music.
SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar tidak mengadakan tes tertulis karena memang para siswa ABK khususnya Tunagrahita tidak bisa mengikuti tes tertulis. Oleh karena itu jenis tes yang diutamakan adalah tes keterampilan. Seperti yang telah dicontohkan di atas keterampilan agus yang dapat mengupas jahe yang akan dibuat jahe bubuk. Tingkat penilaian tes keterampilan tergantung presentase bantuan yang diberikan oleh guru kelompok. Semakin kecil bantuan yang diberikan oleh guru kelompok maka nilainya akan semakin baik.
Walaupun ABK tunagrahita membutuhkan waktu untuk mempelajari sesuatu, tetapi beberapa dari mereka tetap ada yang memiliki talenta yang bagus. Contohnya adalah Agus. Agus adalah ABK tunagrahita dan tunadaksa (cacat ganda) yang mempunyai talenta di bidang music. Agus bisa memainkan dram dengan baik dan bagus. Kemampuan bermain dramnya ia peroloeh sejak ia sekolah di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar. Dan saat ini ia sedang mempelajari organ. Guru yang melatihnya bermain music adalah Bapak Mukhidi selaku Kepala Sekolah SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar.
                      SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar juga melakukan penjaringan dan penyuluhan terhadap keluarga yang mempunyai anak yang merupakan ABK Tunagrahita maupun cacat ganda. Hal ini dilakukan agar pihak keluarga tidak menyembunyika anaknya yang mempunyai kebutuhan khusus. Masing-masing guru di beri tanggung jawab untuk menjaring dan membantu memberikan penyulihan terhadap dua ABK, akan tetapi karena keterbatasan tenaga kerja program penjaringan dan penyulhan ini kurang berjalan. Ada juga beberapa kelurga yang telah mendapat penyuluhan dan penjaringan tetap tidak bisa memasukan anaknya ke SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar, kendalanya adalah ekonomi atau tidak mampu membiayai. Biaya disini bukan biaya sekolah, tetapi  biaya hidup selama di asrama, sedangkan untuk sekolah biayanya gratis.
          Sekolah ini menerima ABK yang umurnya berkisar 7-35 tahun, tetapi apabila ada yang umurnya lebih dari 35 tahun dan mau dititipkan di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar, pihak yayasan masih bisa menerimanya. Hanya ada beberapa kendala, kebanyakan keluarga yang menitipkan saudara atau anaknya di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar, dan ketika umurnya melebihi 35 tahun dan akan dipulangkan, keluarga menolak dan meminta untuk tetpa tinggal di asrama SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar. Banyak dari keluarga SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar yang menghilang setelah menitipkan anak atau saudaranya di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar. Contohnya Ardhi yang bisaa dipanggil gepeng oleh teman-temannya. Ia berasal dari Lampung, ia dititipkan oleh keluarganya ketika berumur 7 tahun. Pihak yayasan dan orang tua telah membuat kesepakatan mengenai biaya asrama, tetapi setelah beberapa bulan pihak sekolah mengirim surat ke rumahnya di Lampung ternyata keluarganya sudah pindah, dan sampai saat ini tidak ada komunikasi dengan keluarnya. Ardhi sendiri lahir pada tahun 1986. Ardhi sendiri merupakan salah seorang ABK tunagrahita yan penalarannya cukup baik dan bisa menolong orang lain. Selain tiu ia memiliki sifat kepemimpinan.
          Kejadian yang di alami Ardhi yang ditinggal keluarganya, juga banyak di alami oleh ABK yang lainnya.



Ø  Hambatan dan masalah yang dihadapi anak tunanetra
Pada umumnya anak tunanetra mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:
1.    Curiga terhadap orang lain
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang lain.
Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
2.    Perasaan mudah tersinggung
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
3.    Ketergantungan yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.
Kebanyakan anak tunanetra memang cenderung memiliki berbagai masalah baik yang berhubungan dengan masalah pendidikan, sosial, emosi, kesehatan, pengisian waktu luang, maupun pekerjaan. Permasalahan tersebut perlu diantisipasi dengan memberikan layanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan dan kesempatan yang luas bagi anak tunanetra sehingga permasalah yang timbul dalam berbagai aspek dapat ditanggulangi sedini mungkin. Sedangkan pada tahapan sensori motorik, hambatan sosial yang dialami anak tunanetra secara langsung akan menghambat kemampuannya dalam pengamatan dan penginderaan terhadap dunia sekitarnya. Namun  secara umum anak tunanetra cenderung memiliki daya ingat yang tinggi tapi rendah dalam penguasaan konsep dan memiliki indera pendengaran yang sangat tajam.