LAPORAN
OBSERVASI SEKOLAH INKLUSI
(SMA
MUHAMMADIYAH 5 JATEN, KARANGANYAR)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd
DISUSUN
OLEH:
1.
Bariqul
Amalia Nisa (K2311011)
2.
Dwi
Putri Sabariasih (K2311022)
3.
Uly
Azmi Masna (K2311080)
PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Mulai dari zaman dahulu hingga saat ini terdapat
anak-anak berkebutuhan khusus di sekitar kita. Anak-anak
berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam
jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya. Mereka memiliki berbagai keterbatasan baik secara fisik maupun
psikis. Terdapat kelainan dari dalam diri mereka sendiri sehingga mereka
membutuhkan bantuan dan pendampingan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Ada 20 kriteria anak yang tergolong berkebutuhan
khusus (ABK) di antaranya yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,
tuna daksa, tuna laras (anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna
ganda, lamban belajar, autis, dan termasuk pula anak dengan potensi kecerdasan
luar biasa (genius). Mereka memerlukan penanganan khusus yang berbeda
satu sama lain.Keadaan inilah yang menuntut
pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak
berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis
dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka
mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.
Pendidikan merupakan Kebutuhan setiap manusia untuk menjamin
keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat. Karena itu pemerintah memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (difabel) .
Peraturan mengenai pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus telah diatur dalam Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bagian 11 yang menyebutkan
bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang
berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Selain itu ada Permendiknas No.22 tahun
2006 tentang kurikulum, standar isi, serta Permendiknas No.70 tahun 2009 tentang
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif atau pendidikan khusus. Dalam
Permendiknas No.70 tahun 2009 ini menybutkan bahwa yang dimaksud pendidikan
inklusif adalah sistem penyelanggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya.
Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada
beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan
inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem
pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa
untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait
dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan
kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan
khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.
Sekolah inklusi adalah sekolah regular (biasa) yang
menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi
kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. Dengan adanya
sekolah inklusi ABK dapat bersekolah di sekolah regular yang ditunjuk sebagai
sekolah inklusi. Di sekolah tersebut ABK mendapat pelayanan pendidikan dari guru
pembimbing khusus dan sarana prasarananya. Prinsip mendasar dari pendidikan
inklusi adalah selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama
tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Jadi
disini setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan
saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain
sehingga kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
1.2 TUJUAN
1.
Mengetahui
identitas salah satu sekolah inklusi di Surakarta.
2.
Mengetahui
perbedaan antara Sekolah Inklusi dengan Sekolah reguler.
3.
Mengetahui
karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah inklusi.
4.
Mengetahui
sistem pendidikan (kurikulum), model pembelajaran, model tes,media pembelajaran
di sekolah inklusi.
5.
Mengetahui
hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada sekolah inklusi.
BAB
II
ISI
2.1 Waktu dan Tempat Observasi
Observasi dilakukan pada hari hari Sabtu, 2 Maret 2013 bertempat di SMA Muhammadiyah 5 Jaten. Kami berangkat pada pukul 08.00 WIB dan berakhir melakukan observasi pada pukul 10.00
WIB. SMA Muhammadiyah 5 Jaten
terletak di Jalan Raya Solo – Sragen Km 10, Sroyo, Jaten, Karanganyar.
Kami kesana dengan mengendarai sepeda motor. Pada kesempatan kali ini, Ibu
Dr.Nonoh Siti Aminah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah inklusi tidak
dapat mendampingi. Sesampai disana kami disambut langsung
oleh Bapak Sumarno. Kemudian kami diarahkan untuk masuk ke ruang
guru. Setelah menyampaikan maksud
dan tujuan kami datang ke SMA Muhammadiyah 5 Jaten kami langsung mewawancarai
Bapak Sumarno selaku Kepala sekolah dan Ibu Anik sebagai perwakilan salah satu
guru yang mengampu salah satu mata pelajaran. Kami tidak bisa mewawancarai Guru
Fisika karena beliau pada hari sabtu tidak mengajar. Setelah itu kami langsung
melakukan observasi di kelas X, dan XII, kelas XI tidak sempat kami observasi
karena sudah memasuki waktu istirahat.
2.2 identitas sekolah inklusi
1. Nama Sekolah : SMA
Muhammadiyah 5 Jaten
2.
Nomor Statistik Sekolah : NSS :
302031311026
NPSN
: 20312203
3. Status : Swasta ( TERAKREDITASI B )
4. Alamat
Propinsi : Jawa Tengah
Daerah Tingkat II : Kabupaten Karanganyar
Kecamatan : Jaten
Desa/
Kelurahan : Sroyo
Jalan : Jl. Raya Solo Sragen Km. 10
Telepon : (0271) 827951
Kode Pos : 57771
Alamat
email : smam_fika@yahoo.com
5. Nomor Rekening : 3-019-00195-3
(bukan rekening pribadi)
Nama Bank : Bank Jateng
Kantor Cabang : Karanganyar
Pemegang Rekening : Kepala Sekolah
Rekening
Sekolah Atas Nama : SMA MUH 5 KARANGANYAR
6. NPWP : 02.766.849.0.528.000
7. Yayasan
Nama
Yayasan : Muhammadiyah
Nama
Pimpinan Yayasan : H. Suratmo S,pd
Alamat
Yayasan : Tegalasri RT 03 RW 06 Bejen,
Karanganyar Jawa Tengah
Akte
Pendirian Yayasan : E.6/098/1974
Tanggal
Pendirian : 12 Agusuts 1974
8. Jumlah Siswa
Secara
Keseluruhan
Kelas
X : 42 Siswa
Kelas
XI : 26 Siswa
Kelas
XII : 20 Siswa
Siswa
ABK
Kelas
X : 4 Siswa ( 3 Perempuan, 1 Laki-Laki )
Kelas
XI : 3 Siswa ( Perempuan )
Kelas
XII : 2 Siswa ( Laki-Laki )
Visi Sekolah
Berorientasi keislaman, berilmu dan berketrampilan
Misi Sekolah
1. Membentuk
akhlak yang islami, bersikap sportif, etos kerja tinggi, dengan menguasai
pengetahuan dan kecakapan ketrampilan yang memadai sehingga memungkinkan hidup
mandiri
2. Mendidik
anak – anak bangsa agar mampu hidup di masyarakat berbekal ilmu, ketrampilan
dan keislaman
3. Mendorong
dan membekali anak didik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
Tujuan Sekolah
1. Mendidik
anak berperilaku islami, sopan dan menghargai orang lain
2. Meningkatkan
nilai rata – rata UN
3. Meningkatkan
kualitas sekolah menjadi semakin lebih baik dengan peningkatan kelulusan dan
ketrampilan untuk kesiapan bekal hidup di masyarakat
4. Membekali
peserta didik yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi
Indikator sebagai
berikut :
a. Meningkatkan kualitas
siswa dan tenaga kependidikan dengan pola tingkah laku 5 tertib : tertib waktu,
tertib belajar, tertib mengajar, tertib administrasi, tertib lingkungan.
b. Nilai rata – rata UN
semakin meningkat
c. Meningkatkan etos
kerja yang profesional sehingga pembelajaran bisa efektif dan efisien, dengan
hasil lulusan yang memadai dan mempunyai ketrampilan yang layak.
d. Manajemen sekolah
dapat mengembangkan potensi yang ada secara optimal dan dapat mencapai target
yang diharapkan dengan adanya peserta didik yang melanjutkan sekolah
e. Mampu bersaing bidang
ketrampilan tertentu
Ketrampilan yang
dikembangkan di SMA Muhammadiyah 5 Karanganyar, sebagai muatan lokalsekolah :
1. Menjahit
2. Ketrampilan Akuntansi
3. Bahasa Mandarin
4. Basic Video Shoting
Jumlah guru sebanyak 20 guru dengan rincian 6
guru tetap dan 14 guru tidak tetap. Sedangkan
untuk tata usaha di pegang oleh 1 orang pegawai dan 1 orang lagi bertugas sebagai
penjaga dan sekaligus tukang kebun.
2.3 Hasil Wawancara
a. Kepala Sekolah
Kepala
sekolah SMA Muhammadiyah 5 Jaten bernama bapak sumarno. Bapak sumarno adalah
lulusan Pendidikan Moral pancasila atau biasa disebut PMP pada tahun 1983 di
UNS, Kemudian melanjutkan kuliahnya di prodi BP. Beliau berdomisili di
Jatiwarno, Klaten. Bapak Sumarno di
angkat menjadi guru sejak 1983. Bapak
Sumarno mulai
menjadi kepala sekolah di SMA
Muhammadiyah 5 Jatenmulai 7 Februari 2012, sebelumnya beliau
mengajar di SMAN 2 Karanganyar.
Bapak
Sumarno yang pertama kali menyambut kamidengan ramah dan baik. Menurut bapak
Sumarno, di SMA Muhammadiyah 5 Jaten banyak siswa yang berasal dari SMP YKAB
Surakarta. Diantaranya kelas XI terdiri dari 2 orang yaitu Martin
dan Tutuk, kelas XII terdiri dari 2 orang yaitu Gilang dan Dwi. Siswa
– siswi ABK
tersebut merasa lebih nyaman sekolah di SMA tersebut karena keramahan teman dan guru – gurunya. Kebanyakan siswa di Sekolah
ini adalah siswa dengan ekonomi menengah kebawah.
Jumlah siswa di sekolah ini ada 92 siswa, terbagi dalam kelas X ada 46 siswa kelas XI ada 26 siswa, dan di kelas XII ada 20 siswa. Untuk penjurusan kelas hanya dibuka untuk kelas
IPS, hal ini ditujukan untuk lebih meningkatkan sifat sosialnya. Menurut keterangan
Bapak
Sumarno yaitu untuk mengimbangi daya
pikir atau kemampuan siswa yang sekolah disana yang notabenenya juga menengah
kebawah. Mata pelajaran yang diajarkan oleh sekolah ini seperti sekoah pada
umumnya hanya saja diberi mata pelajaran ciri khusus sebagai tambahan. Mata
pelajaran ciri kusus ini ditujukan untuk membentuk kereligiusan ke siswanya.
Jam belajarnya seperti SMA pada umumnya masuk jam 07.00 sampai jam 13.30
WIB. Khusus untuk hari jum’at sampai jam 11.00 WIB. Untuk sekolah
pada hari biasa, diwajibkan bagi siswa untuk sholat Dzuhur berjama’ah.
Sedangkan untuk hari Jum’at tidak diharuskan, dikarenakan tempat sholatnya
digunakan warga sekitar untuk sholat Jum’at.
Sistem pembelajaran yang dilakukan di sekolah ini
juga sama dengan sekolah lainnya, sering dengan metode ceramah. Untuk
siswa tunanetra juga sama. Mereka akan mencatat sendiri pelajaran dengan
huruf braille sesuai dengan keahlian mereka. Mereka mendapatkan keahlian tersebut
sejak SMP yang dulu berasal dari YKAB. Kesulitan untuk menjelaskan
ke siswa sama seperti kesulitan yang di alami di YKAB yaitu menjelaskan angka
dan grafik kepada siswa tunanetra. Namun selama ini kesulitan tersebut dibantu
oleh teman sebangku yang mempunyai kekurangan tersebut atau dengan istilah
tutor sebaya.
b.
Tutut (Siswi Tunanetra)
Nama :
Tutut Tri Anisa
Kelahiran :
1993
Tutut adalah salah satu siswi ABK
tunanetra-Low Vision yang kami wawancarai. Saat ini tutuk duduk di kelas XII
IPS. Tutut ini
berasal dari SMP YKAB Jebres, Solo dan saat ini dia masih tinggal di Asrama
YKAB Jebres, Solo. Alasan
Tutut memilih SMA
Muhammadiyah 5 Jaten
karena SMA Muhammadiyah 5 Jaten merupakan Sekolah Inklusi
dari segi transportasinya mudah hanya dengan naik bus satu kali.Tidak ada
kesulitan pergi ke
sekolah karena
kondektur busnya sudah paham. Dia lahir dengan
keadaan normal dan mulai memakai kacamata sejak SD, namun kemudian minusnya
terus bertambah sampai tidak ada lensa yang cocok. Hingga akhirnya memakai alat
bantu kaca
pembesar.
Sekolahnya sempat terhenti
selama 3 tahun karena dia putus asa tidak bisa melihat dengan jalas. Namun karena
dorongan keluarga akhirnya dia mau melanjutkan sekolah lagi. Bapak dan ibunya
sangat perhatian,ulet
,gigih,sabar dan
ikhlas merawatnya. Selama di asrama sering dijenguk oleh
kedua orang tuanya biasanya dalam sebulan sekali, dan dalam kegiatan belajar
biasanya dibantu oleh teman sebangku yang biasa disebut dengan tutor sebaya dan juga guru
juga turut membantu dan mendekatinya dalam proses belajarnya, dalam belajar
untuk melihat Tutut menggunakan kaca pembesar untuk memudahkan membaca.
2.4 PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang
memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan
mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Mereka memiliki berbagai keterbatasan baik secara fisik maupun psikis.
Terdapat kelainan dari dalam diri mereka sendiri sehingga mereka membutuhkan
bantuan dan pendampingan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Ada 20 kriteria anak yang tergolong berkebutuhan
khusus (ABK) di antaranya yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,
tuna daksa, tuna laras (anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna
ganda, lamban belajar, autis, dan termasuk pula anak dengan potensi kecerdasan
luar biasa (genius).
Pada SMA
Muhammadiyah 5 ini ada 2 jenis anak ABK, yaitu Tunanetra dan Slow learner.
1.
Tunanetra
Diaktegorikan
menjadi 2 yaitu :
a. Kebutaan
Kebutaan yaitu,
orang yang kehilangan
kemampuan penglihatan
atau hanya
memiliki kemampuan untuk mengetahui
adanya cahaya
atau tidak.
Penyebab terjadinya kehilangan
kemampuan penglihatan adalah
karena adanya
permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.
Kebutaan memiliki cirri-ciri sebagai
berikut :
1.)Tidak mampu melihat
2.)Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
3.)Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
4.)Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
5.)Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
6.)Bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/besisik/kering,
7.)Mata bergoyang terus.
b. Low-Vision
Low vision
yaitu, orang yang
mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang
berkaitan dengan penglihatan namun dapat
menyelesaikan tugas tersebut
dengan menggunakan strategi
pendukung penglihatan, melihat
dari dekat, penggu naan alat-alat bantu dan juga
modifikasi lingkungan sekitar. Low-vision memiliki beberapa ciri sepertiberikut
:
1.) Memicingkan
mata saat mengamati dan membaca
2.) Membaca
tulisan dari jarak sangat dekat sekitar 10 cm atau lebih
2. Slow Leaner (Kesulitan Belajar)
Anak
berkesulitan belajar spesifik
adalah anak yangmengalami kesulitan belajar
karena ada gangguan
persepsi. Ada tiga bentuk
kesulitan belajar anak, yakni kesulitan di bidang matematika atau
berhitung (diskalkulia),kesulitan membaca (disleksia), kesulitan berbahasa
(disphasia), dan kesulitan menulis (disgraphia). Anak kesulitan belajar juga
kesulitan orientasi ruang dan arah, misalnya sulit membedakan kiri-kanan,
atas-bawah.
Tanda-tanda disleksia,
antara lain:
a. tidak
lancar atau ragu-ragu
dalam membaca,
b. membaca
tanpa irama (monoton),
c. kesulitan
mengeja.
Tanda-tanda disgraphia,
misalnya,
a. tulisan
sangat jelek, terbalik-balik
b. sering menghilangkan atau
malah menambah huruf.
Sedangkan,
tanda-tanda diskalkulia, misalnya
a. kesulitan memahami simbol
matematika.
2.5. A. KURIKULUM
Sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai diperlukan penetapan atau pembuatan perencanaan pembelajaran, yang
dapat berguna dan dapat menunjang kegiatan pelaksanaan pembelajaran agar
berjalan secara efektif dan efisien, perencanaan proses pembelajaran meliputi
penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar dan penilaian hasil.
Kurikulum
yang digunakan oleh sekolah ini sama dengan sekolah biasa yaitu KTSP. Hanya
saja guru dalam membuat RPP dan silabus sedikit berbeda. Perbedaannya terletak
pada bagian keterangan. Untuk sekolah inklusi silabus dan RPP di beri
keterangan “ untuk anak ABK dalam membaca di bacakan oleh teman atau guru”.
Guru yang mengampu di setiap kelas pun tetap 1 sesuai mata pelajaran yang di
sampaikan.
Sedangkan untuk proses belajarnya tetap sama dengan
sekolah lain. Pada sekolah inklusi, anak ABK di setarakan dengan siswa normal
lainnya dalam proses pembelajaran, baik dari segi waktu pembelajaran maupun
mata pelajaran yang di gunakan. Hanya saja untuk anak yang slow learner di
berikan tambahan waktu oleh guru untuk mempelajari materi sendiri di ruang guru
dengan bantuan guru mata pelajaran yang terkait pada saat jam istirahat.
Untuk
mata pelajaran yang di berikan sama untuk semua siswa baik yang normal maupun
ABK. Anak ABK dalam mengikuti pelajaran olah raga juga sama dengan anak normal
lainnya, hannya saja yang wajib di ikuti hanya yang memungkinkan dan bisa
mereka lakukan. Sedangkan untuk tugas disamakan
tingkatannya hanya caranya saja yang di bedakan. Sebagai contohnya jika anak
yang normal di berikan tugas untuk membuat makalah maka untuk anak yang ABK,
tuna netra pada khususnya di berikan tugas mencari berita di TV ataupun radio
dengan tema sama dengan siswa normal lainnya dan menulisnya atau dengan mencari
berita dikoran lalu dibuat keliping. Bobot dari makalah dan keliping ini di
samakan. Sedangkan untuk tugas tertentu ada yang sama. Untuk anak ABK, tuna
netra pada khususnya biasanya mereka menggunak huruf Braille dalam
mengerjakan tugas. Maka dari itu sebelum mengumpulkan tugas tersebut ke pada
guru, tugas tersebut di salin dulu ke dalam tulisan biasa dengan bantuan teman
yang normal untuk menuliskannya.
Dalam proses belajar mengajar, biasanya tempat duduk anak
ABK di damping oleh anak normal. Hal ini bertujuan untuk pendampingan dan
membantu jika mengalami kesulitan dan ketertinggalan. Selain itu juga agar anak
ABK tidak merasa terdeskriminasi atau merasa tersingkir. Saat menjalani tes
ujian sekolah maupun tes lainnya anak ABK di dampingi oleh guru yang bertugas
untuk membacakan dan menuliskan jawaban dari siswa. Waktu yang disediakan untuk
anak ABK dalam mengerjakan soal tes juga di tambah.
Di sekolah ini juga tersedia berbagai macam
ekstrakurikuler dan keterampilan. Keterampilan yang di sediakan adalah
menjahit, akuntansi, dan bahasa mandarin. Hari dan waktu pelaksanaannya sama,
sehingga siswa di bebaskan untuk memilih keterampilan mana yang akan di ikuti.
Akan tetapi untuk anak tuna grahita di khususkan untuk mengikuti keterampilan
bahasa mandarin, sedangkan untuk anak normal di bebaskan memilih keterampilan
menjahit atau akuntansi. Sedangkan untuk ekstrakurikuler yang mencolok dari
sekolah ini adalah ekskul seni musik. Ekstrakurikuler ini bebas di ikuti oleh
semua siswa. Seni musik dari sekolah ini sering di gunakan dalam acara formal
seperti rapat guru, upacara dan lainnya.
Manurut pemaparan dari Ibu Anik juga di ketahui bahwa
semangat belajar anak ABK tidak kalah dengan anak normal lainnya, bahkan
prestasinya sering kali melebihi anak normal. Salah satu ABK alumni SMA Muhammadiyah
5 Jaten bernama Ardiansyah sekarang sedang melanjutkan studinya di UNY jurusan
Bimbingan Konseling. Menurut beliau Ardiansyah pernah juara I Tartil Al.Qur’an
yang diselenggarakan oleh depag dan hobinya adalah menyanyi. Contoh lainnya adalah Rahayu yang mendapatkan
juara 2 dan 3 tartil yang di selenggarakan oleh UNIBA selama 2 tahun
berturut-turut.
Anak- anak ABK ini juga sering mengikuti kegiatan yang di
selanggarakan oleh dinas pebdidikan atau instansi lainya. Contohnya
adalah lari khusus anak ABK dan sosialisasi globe anak ABK yang di
selenggarakan selama 1 minggu di Jakarta. Kegiatan ini tidak semua mewakili
sekolah akan tetapi seringkali atas nama YKAB Surakarta yang merupakan yayasan
yang mereka naungi. Walaupun demikian sekolah tetap mengizinkan karena di anggap
sebagai pelatihan siswa untuk mengembangkan dirinya.
Kurikulum yang digunakan di sekolah
inklusi adalah kurikulum anak normal (regular) yang disesuaikan (dimodifikasi
sesuai) dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Modifikasi dapat
dilakukan dengan cara modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi,
modifikasi proses belajar mengajar, modifikasi sarana dan prasarana, modifikasi
lingkungan untuk belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Dengan kurikulum
akan memberikan peluang terhadap tiap-tiap anak untuk mengaktualisasikan
potensinya sesuai dengan bakat, kemampuannya dan perbedaan yang ada pada setiap
anak.
Pada model kurikulum ini ABK menggunakan
kurikulum perpaduan antara kurikulum umum dengan kurikulum PPI. Operasional
pengembangan kurikulum ini, dilakukan dengan cara memodifikasi kurikulum umum
disesuaikan dengan potensi dan karakteristik ABK. Dengan kurikulum modifikasi
ini diharapkan ABK dapat mengikuti pembelajaran pada kelas umum secara klasikal
bersama anak-anak umum lainnya.
B. MODEL PEMBELAJARAN
Pembelajaran terakomodasi dalam
model pendidikan inklusi merupakan usaha mengkondisikan siswa belajar sesuai
dengan kebutuhannya. Usaha itu untuk mengakomodasi berbagai keragaman siswa,
khususnya siswa yang memiliki kebutuhan khusus dalam setting kelas inklusif.
Berbagai cara yang diusahakan meliputi adaptasi komponen-komponen kurikulum,
perencanaan pembelajaran yang diindividualisasikan, partisipasi sebagian pada
aktivitas belajar, modifikasi lingkungan ruangan kelas, serta strategi mediasi-tutor
teman sebaya.
Ceramah guru merupakan metode pembelajaran yang sering digunakan untuk
mengajar atau dengan diskusi partisipasi yaitu diskusi yang melibatkan siswanya
untuk berdiskusi Tanya jawab dalam pembelajaran.
Selain itu tutor sebaya juga memiliki peranan penting dalam pembelajaran
ABK, karena tutor sebaya tersebut yang membantu ABK jika ia mengalami kesulitan
dalam belajar, bahkan para tutor sebaya pun yang selalu mendampingi ABK
kemanapun ia pergi bahkan sejak ABK turun dari angkutan di depan sekolah.
Siswa-siswa yang mempunyai kecerdasan lebih disbanding teman-temannya akan
dijadikan tutor sebaya, akan tetapi yang menjadi pertimbangan bukan hanya
masalah kepintaran, masalah humanisme, kesabaran, keikhlasan dan solidaritas
terhadap temannya yang berkebutuhan khusus pun sangat perlu dipertimbangkan.
C.
MODEL TES
Model tes yang digunakan di SMA Muhammadiyah 5 Jaten sama
dengan sekolah reguler pada umumnya, yaitu dengan ujian tengah semester dan
ujian akhir semester. Dimana soal dari ujian tersebut dibagikan pada
masing-masing siswa.Untuk yang tuna netra
biasanya di tempatkan didepan dan soalnya dibacakan oleh guru pendamping atau
dari pengawas. Untuk ujian kemarin sudah ada tim dari dikbas yang bertugas
mendampingi siswa tuna netra tersebut. disini pendamping bertugas untuk
membacakan soal dan memblatkan jawaban siswa. Perlakuan khusus juga diberikan
untuk siswa tunanetra yaitu tambahan waktu 50 menit untuk mengerjakan ujianmengingat
keterbatasan yang mereka miliki. Penambahan waktu pengerjaan soal ini bertujuan
agar hasil ujian anak ABK ini dapat seoptimal mungkin. Kemudian
siswa ABK tersebut mengerjakan sendiri. Jawaban dari siswa ABK tersebut
benar-benar murni tanpa ada campur tangan dari guru yang membacakan. Selain itu
bagi anak ABK diberikan tambahan waktu 50 menit
Dari
pengalaman itu siswa tuna netra justru kebih cepat atau berbarengan selasainya
dengan siswa biasa untuk beberapa mata pelajaran. Tambahan waktu ini hanya
dipakai untuk mata pelajaran bahasa inggris dan matematika saja.
D. MEDIA PEMBELAJARAN
Media
pembelajaran adalah
alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas
makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai
dengan sempurna.
Media pendidikan dan pembelajaran memilki banyak jenis
dan masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu
guru perlu memahami karakteristik media itu agar dapat memilih media sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Model-media pendidikan berdasarkan karakteristiknya
digolongkan menjadi dua bagian yaitu : Media dua dimensi dan media tiga
dimensi. Media dua dimensi meliputi media grafis, media bentuk papan, dan media
cetak.Sedangkan media tiga dimensi edapat berujud sebagai benda asli baik hidup
atau matidan dapat pula berujud sebagian tiruan yang mewakili aslinya.
Media pembelajaran yang digunakan oleh anak ABK pada
SMA Muhammadiyah 5 ini adalah :
-
Untuk anak tunanetra menggunakan media pembelajaran
buku braile, globe timbul, laptop suara.
-
Untuk anak slow learner menggunakan media pembelajaran
sama dengan anak-anak yang lainnya
E.
HAMBATAN PELAKSAAN PENDIDIKAN INKLUSI
Pembelajaran berasal dari hambatan
intern dan ekstern. Untuk hambatan intern sering muncul dari dalam siswa itu
sendiri, sedangkan untuk hambatan ekstern adalah hambatan yang muncul dari
sering muncul dan berpengaruh pada aktivitas pembelajaran misalnya dari guru,
sarana dan prasarana, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa, dan
kurikulum sekolah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.
SMA
Muhammadiyah 5 Jaten merupakan sekolah yang menerima murid tidak berkebutuhan
khusus dan anak berkebutuhan khusus (ABK) atau disebut dengan
sekolah inklusi
2.
Ciri-ciri fisik dan perilaku penyandang
tunanetra antara lain : Tidak mampu melihat, tidak mampu mengenali orang pada
jarak 6 meter,kerusakan nyata pada kedua bola mata, sering
meraba-raba/tersandung waktu berjalan, mengalami kesulitan mengambil benda
kecil di dekatnya, bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
mata bergoyang terus. Ciri-ciri fisik penyandang low vision diantaranya
memicingkan mata saat mengamati dan membaca, membaca tulisan dari jarak sangat
dekat sekitar 10 cm atau lebih. Sedangkan cirri-ciri penyandang slow leaner
diantaranya . tidak lancar atau
ragu-ragu dalam membaca,dll.
3.
Kurikulum dan model pembelajaran SMA Muhammadiyah 5 Jatensama
seperti sekolah regular pada umumnya tetapi ada beberapa modifikasi, seperti
model tes bagi ABK dibacakan soalnya, kurikulum diberikan keterangan
tambahan,model pembelajaran melibatkan tutor sebaya,
4.
Media
pembelajaran untuk anak ABK pada SMA Muhammadiyah 5 Jaten menggunakan buku braile, globe timbul, laptop
suara, dll (untuk anak tunanetra) sedangkan untuk anak slow learner tidak
mengkhusukan media pembelajaran tertentu.
5.
Perlakuan
yang di terapkan pada anak ABK pun juga sama dengan siswa normal lainnya, baik
dari segi mata pelajaran yang di berikan maupun tugas yang di bebankan.
DAFTAR PUSTAKA
repository.upi.edu/operator/.../s_plb_054949_chapter2.pdf
0 komentar:
Posting Komentar