MAKALAH
SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Disusun Oleh :
DWI PUTRI SABARIASIH
K2311022
PENDIDIKAN FISIKA / A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Sifat Koligatif
Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit” ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Dasar II. Makalah ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan makalah dengan
baik.
2.
Dosen Mata Kuliah Praktikum Kimia Dasar II
3.
Asisten Praktikum Kimia Dasar II
4.
Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan
motivasi
5.
Teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan
kepada penulis
6.
Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini
sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya guna mengetahui sifat koligatif larutan elektrolit dan non
elektrolit.
Penulis
SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Dalam kimia,
larutan adalah campuran homogen yang
terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan
menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar,
molal, dan bagian per
juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau
pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah
sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi
semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat
sifat itu ialah:
- Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
- Peningkatan titik didih
- Penurunan titik beku
- Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut
dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion,
sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak
terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif
larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat
berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum
dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam
pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Banyaknya partikel dalam
larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Namun
sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut:
• Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
• Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
•
Molal,yaitu jumlah mol zat
terlarut dalam 1 kg larutan
•
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol
zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat terlarut.
Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah
perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa
suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat
cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika
suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan
molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di
sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut
yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut
saja yang menguap, karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat
terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan
sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas
permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi
suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti
tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu
kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi
pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh
Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan tekanan uap. Pada suhu
20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg.
Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan
tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888
Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan uap dan
konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan
uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut
murninya. Penurunan tekanan
uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas
larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA
= XA . PAo. Dari hukum Roult
ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut
dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan
fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan
uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah
partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:
P = Po – P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan
yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat ditulis:
P larutan
= X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap
pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda negatif
menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas
larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih
dan penurunan titik beku. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan
titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih
rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan
suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah
uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan
tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair
tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu
ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut
titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada
tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air murni akan mencapai
1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C.
Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak
gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni
dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100 C tekanan uap air
belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih (
tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi.
Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.
Menurut
hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan
sebagai:
Δ Tb = Kb . m
Jika
M = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Tb = Kb
( n x 1000 )
p
Tb
= besar penurunan titik beku
Kb
= konstanta kenaikan titik didih
m =
molalitas dari zat terlarut
n
= jumlah mol zat terlarut
p
= massa
pelarut
Harga Kb bervariasi untuk
masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan mengukur kenaikan titik
didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat
terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya). Titik didih larutan
merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya
atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby,
2001).
Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat
cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel sedemikian
dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang
sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan
proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk
mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan
suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada
saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik
didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas
larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan
persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000
)
p
Tf = penurunan
titik beku
Kf = tetapan
ttitik beku molal
n = jumlah mol
zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan
titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik bekunya. Pengukuran
penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan
untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku
analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya mempertimbangan kasus
jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni.
Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih
rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu
dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan
demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama,
mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku
larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat
murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke
dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika
kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian
bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati
Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat
terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting dalam trasfor
molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan
molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan
karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari
molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau
ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat
dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik
diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan
larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya
zat cair dari larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran
semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang
diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan
persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka
tekanannya
P = nRT
V
Jika
tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat diperoleh:
Ï€ = nRT
V
atau
Ï€ = M R T
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
Ï€ = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm
K mol )
T = suhu mutlak
(K)
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut
|
Titik beku (oC)
|
Kf (oC)
|
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
|
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
|
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
|
Partikel dalam larutan non
elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun
konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi
ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk
Universitas. Jakarta : Erlangga
Brady, James.1986. Kimia Universitas
Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia
untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya
: Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung :
Institut Tekhnologi Bandung
sangat membantu :D
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr.Wb.
BalasHapusma'af kemarin saya Ngopas artikel ini untuk tugas Kimia, apakah boleh?