Dewasa ini nuansa islam di kampus-kampus
dikatakan membaik, hal ini dapat kita lihat secara fisik dari mahasiswa-mahasiswanya.
Salah satu contohnya adalah kesadaran akan jilbab di kalangan mahasiswa umumnya
telah membaik, begitu pula bagi mahasiswa UNS.
Dapat kita lihat bahwa sekarang ini banyak yang mengenakan jilbab, dan
banyak pula yang berhijrah lalu mengenakan jilbab. Jilbab menjadi hal yang
biasa dalam kehidupan mahasiswa. Hal ini menjadi indikator bahwa kesadaran
mengenai kewajiban mengenakan jilbab telah diketahui oleh sebagian besar kaum
hawa di kampus. Akan tetapi dengan banyaknya kaum hawa yang mengenakan jilbab,
tidak bisa menjadi indikator kampus telah dipenuhi atmosfer islami. Karena walaupun kebanyakan telah memakai
jilbab, kita juga harus menilik kepribadian dan karakter mereka, apakah sudah
mencerminkan umat islam apa belum. Selain itu apakah kehidupan mereka sudah
sejalan dengan nuansa islam seperti yang diharapkan layaknya umat islam yang
sesungguhnya? Kembali ke masalah jilbab, kaum hawa saat ini yang sudah merasa
tidak canggung menggunakan jilbab karena bisa dikatakan telah menjadi style,
mempunyai pandangan yang agak berbeda dengan tujuan penggunaan jilbab itu
sendiri. Beberapa dari mereka menggunakan jilbab, tapi kadang terkesan tidak
menggunakan jilbab dan jilbabnya pun tidak menutupi apa yang seharusnya di
tutupi. Gaya berjilbab saat ini sangat bervariasi, sehingga terkadang masih
terlihat bentuk tubuh, bentuk leher. Terkadang malah gaya berjilbab mahasiswa
muslim saat ini menyerupai penutup kepala yang digunakan oleh suster-suster
gereja, yaitu penutup kepala yang memperlihat bentuk lehernya.
Kaum
adam memang secara fisik tidak bisa kita
nilai apakah atmosfer keislaman telah melingkupi mereka atau belum. Tetapi sejauh
ini yang dapat diamati mereka memang melakukan solat, akan tetapi mengenai
hal-hal yang seharusnya tercermin dari seorang muslim belum terlalu nampak dari
diri mereka. Sebagai contoh, hal yang namanya pacaran masih sering ditemui,dan
terlihat. Padahal dalam islam sendiri hal ini adalah hal yang dilarang karena
mendekati zina.
Ya,
sebenernya kita tidak bisa menilai nuansa keislaman yang ada di kampus hanya
dengan melihat bentuk fisik atau cara berpakaian mahasiswanya. Akan tetapi kita
seharusnya lebih memperhatikan karakter, pribadi dan kebiasaan yang seharusnya
tercermin oleh umat islam. Karakter umat islam itu sendiri diantaranya adalah
melaksanakan solat dan menunaikan zakat. Ketika solat seseorang akan baik, maka
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari pun akan baik.
Mewujudkan nuansa islam di kampus,
khususnya di program studi Fisika, berarti mewujudkan
masyarakat kampus yang menjadikan Islam sebagai petunjuk jalan dan rujukan
utama bagi kehidupan dan seluruh aktivitas geraknya. Menjadikan Islam tidak hanya ada di masjid, tapi juga menjadi bagian
menyeluruh dalam civitas akademika. Islam yang kemudian tumbuh dan
berkembang di kelas, di lab, di kantin, di studio, di ruang-ruang rapat HMP, di
sekretariat-sekretariat UKM, di pos satpam, dan di seluruh penjuru kampus.
Ketika nuansa Islam
telah terbumikan di kampus, maka terciptalah sebuah masyarakat kampus yang
madani. Tidak mungkin memang me-muslim-kan seluruh penduduk kampus, sama halnya
itu juga tidak terjadi di Madinah dulu, tapi nuansa hidup berdampingan adil
sejahtera tercipta di sana. Masyarakat yang dipenuhi dengan toleransi dalam
beragama dan pemikiran, yang bebas berekspresi akan tetapi tetap dalam koridor
syari’ah. Mereka bebas berdebat dan tetap saling menghormati. Mereka cerdas dan
tetap rendah hati.
Untuk mewujudkan hal ini tentunya dibutuhkan usaha
yang keras dan berkelanjutan. Usaha bisa dimulai dari yang kecil lalu menuju ke
usaha yang besar, karena sesunggunhnya kita bias merubah suatu negeri yang
besar dengan diawali mengubah komponen kecil dalam negeri itu sendiri. Sama
halnya jika kita ingin mengubah atau menciptakan nuansa islamu di kampus maka
kita harus mengawali menumbuhkan nuansa islam di program studi yang ada di
kampus melalui mahasiswa-mahasiswinya.
Langkah kecil yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan
nuansa keislaman di prodi fisika, diantaranya adalah membuat website islami,
updates status islami, ‘nge-tweet tentang hal yang behubungan dengan islam,
menghidupkan kembali aturan kampus yang mendukung terciptanya nuansa islami,
mengadakan kegiatan islami.
Seperti yang telah disebutkan di atas, salah upaya
untuk menumbuhkan nuansa islam adalah dengan membuat website islami. Website
islami disini maksudnya adalah membuat website yang berisi kontent-kontent
islami, artikel – artikel yang dapat meningkatkan kesadaran beragama, kontent
yang berisi tausiyah islam. Selain itu kita bisa meng-update status di jejaring social seperti facebook dan
twitter yang saat ini sangat digandrungi mahasiswa dengan content – content
yang berisi nasihat-nasihat, ayat-ayat al-quran, tausiyah singkat. Hal ini
tidak bermaksud menggurui yang lain, tapi hal ini bermaksud mengingatkan
saudara muslim yang lain dan juga dirinya sendiri. Usaha ini bisa dikatakan
Digital dakwah, karena mensyiarkan agama islam melalui media elektronik tepatnya melalui internet diperkirakan cukup
efektif, karena hampir semua mahasiswa selalu mengakses internet setiap hari,
selalu membuka jejaring social, selalu browsing dan membaca artikel melalui
internet. Jika kita mengemas content islami dengan bagus dan menarik tentu akan
menarik perhatian mahasiswa untuk mengunjungi website islami.
Selain langkah digital dakwah, langkah konkret
yang dapat kita lakukan adalah menguhidupkan kembali aturan yang telah dibuat
jurusan P.MIPA yaitu berupa memakai rok setiap kuliah, memakai baju koko setiap
hari jumat bagi laki-laki, memakai jilbab setiap hari jumat bagi seluruh
mahasiswi muslim. Sebenarnya peraturan yang pernah dibuat oleh jurusan P.MIPA
sudah selayaknya kita acungi jempol, akan tetapi realisasi dari aturan itu
sangat jauh dari kriteria berhasil, karena saat ini mahasiswi yang tidak
memakai rok saat kuliah sangat banyak kita temui malah mereka lebih suka
mengenakan jeans ketat. Selain itu aturan baju kuliah untuk hari jum’at juga
tidak dilaksanakan lagi, mahasiswa tidak mengenakan baju koko dan mahasiswi
muslim yang tidak berjilbab di hari-hari biasa pun tidak mengenakan jilbab
sesuai aturan yang ada. Jika kita menghidupkan kembali aturan yang sangat baik,
ini adalah langkah konkret membentuk nuansa islam di jurusan P.MIPA pada
umumnya, walaupun mungkin ada beberapa mahasiswa yang terpaksa melakukan itu
semua, tapi jika dilakukan terus menerus maka akan mejadi kebiasan. Dan agar
aturan ini terus hidup atau berkelanjutan, harus ada yang mengawasi dan memberikan
sanksi yang tegas dan mendidik dari jurusan P.MIPA maupun dari masing-masing
prodi. Sehingga mahasiswa akan kapok dan jera untuk melanggar aturan yang telah
dibuat .
Mengadakan kegiatan islam di kampus merupakan
langkah menciptakan nuansa islam. Sebenarnya langkah ini telah banyak dilakukan
oleh HMP yang ada di kampus maupun oleh UKM kampus, contohnya saja seperti
kajian pengurus HMP, kajian anggota, kajian angkata, Tausiyah elektronik,
kahian tiap minggu,dll. Kegiatan ini sangatlah bagus, akan tetapi yang masih
menjadi PR bersama bagaimana cara menarik perhatian massa untuk mengikuti
acara-acara yang telah diusahakan oleh aktivis-aktivis yang peduli dengan
perkembangan islam di kampus.
Kita
sadari bahwa untuk menciptakan, meningkatkan, menumbuhkan nuansa islami di
kampus bahkan di program studi adalah hal yang memerlukan usaha keras, semangat
tanpa lelah, dan keikhlasan batin dalam menjalaninya. Hal ini bias terwujud
apabila mahasiswa pejuang islam bersatu dan menyatukan semangat untuk
meningkatkan nuansa islami. Langkah kecil yang kita awali akan menuntun kita
menuju langkah besar dalam melewati jalan terjal menuju kampus madani, kampus
impian yang bernuansa islami, kampus yang nyaman, tenram, adil, sejahtera,
toleransi dalam beragama dan berpikir, bebas mengekspresikan segala sesuatu
tetap pada koridornya. Semoga beberapa tahun yang akan datang kampus impian ini
dapat terwujud di kampus kita tercinta, Universitas Sebelas Maret
amazing dek
BalasHapus