22 Jun 2012

Kreativitas Guru Berbanding Terbalik dengan Kenakalan Remaja Saat Pembelajaran


      Remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang dikatakan sudah melampaui masa kanak-kanak namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi. Masa remaja erat kaitannya dan sering sekali dihubung-hubungkan dengan yang namanya kenakalan remaja. Sebenarnya kenakalan remaja itu timbul akibat dari ketidak mampuan anak dalam menghadapi tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi.


Pada usia tersebut terjadi perubahan secara biologis, sosiologis maupun proses-proses perkembangan jiwa lainnya. Perubahan sosiologis yang ditemui pada usia tersebut adalah adanya proses pencarian identitas sendiri. Apabila mereka gagal dalam menjalani perubahan sosiologis dan perkembangan jiwa maka akan muncul perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat.
            Beberapa contoh kenakalan remaja adalah tawuran antar pelajar,merusak fasilitas umum, membolos sekolah. Kenakalan remaja yang berkelanjutan tentunya akan membawa pengaruh yang buruk bagi kehidupannya di masa yang akan datang.  Baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia karena beberapa tahun kedepan, remaja dimana sebagai generasi muda yang akan memimpin bangsa ini.
            Tanggung jawab dari generasi muda (remaja) di masa yang akan datang sangatlah berat, yaitu mempertahankan kelangsungan hidup dan meningkatkan harkat hidup umat manusia. Untuk itu adanya upaya-upaya pendidikan dan pembinaan moral terhadap remaja sebagai generasi penerus suatu bangsa sangatlah wajar dan mutlak diperlukan dengan kepribadian yang memiliki budi pekerti dan pribadi yang baik sebagai bekal hidup dimasa yang akan datang. Sebab apabila dari pribadi generasi muda telah memiliki budi pekerti dan pribadi yang baik, maka keberlangsumgan hidup  suatu bangsa akan dapat di pertahankan. Namun sebaliknya, apabila para remaja memiliki  pribadi yang rendah atau rusak, maka akan terjadilah kerusakan terhadap keberlangsungan hidup bangsa itu.
Seperti yang disebutkan di atas, masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masalah psikis atau kejiwaan ini akan dicerminkan melalui perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma, hal ini dikenal dengan kenakalan remaja. Menurut Kartono, Ilmuwan SosiologiKenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”. Sebenarnya kenakalan remaja itu salah siapa? Siapa yang berkewajiban memperbaikinya?
Mengingat pentingnya peran generasi muda di masa yang akan, maka perlu ada penanganan masalah kenakalan remaja. Jika kita lihat ke belakang, penyebab dari kenakalan remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan juga factor eksternal. Faktor internalnya berupa perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. Faktor internal lainnya adalah control diri yang lemah, remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah keluarda dan perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja, faktor lainnya adalah teman sebaya yang kurang baik serta lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Faktor eksternal sangat mempengaruhi faktor internal, atau bisa dikatakan faktor internal mengambil banyak peran dalam masalah kenakalan remaja. Faktor internal yang berupa perasaan dan identitas remaja. Jika orang tua bias mengarahkan dan membantu anak dalam mencari identitas dalam proses perkembangan jiwa anaknya, tentu masalah kenakalan bisa diminimalisir. Selain itu mengenai kontrol diri yang lemah dari seorang remaja, dapat diperkuat oleh control diri dari orang tuanya. Jika sang anak tidak bisa mengontrol dirinya,orang tua seharusnya membantu dan mengajarkan cara mengontrol diri.  Jika orang tua yang mempunyai banyak peran dalam pertumbuhan dan perkembangannya mencontohkan hal yang kurang baik, atau terjadinya masalah diantara kedua orang tuanya , maka akan mempengaruhi perkembangan anaknya. Pendidikan yang dienyam dan lingkungan juga mengambil peran ini, pendidikan yang di dapat oleh anak akan terpatri pada diri anak, apalagi jika pendidikan itu diperoleh sejak ini, dan lingkungan sekitar tentunya memberikan berbagai contoh yang kompleks karena lingkungan sendiri terdiri dari banyak orang dengan karakteristik dan pribadi yang berbeda-beda, disinilah peran orang tua untuk menyaring hal manakah yang patut di contoh oleh anaknya dan hal mana yang perlu dijauhkan dari anaknya.


Kenakalan remaja tidak hanya terlihat ketika diluar sekolah, kenakalan remaja juga tercermin ketika para remaja tersebut mengikuti kegiatan belajar mengajar, diantaranya adalah terlambat masuk kelas, terlambat berangkat sekolah, membolos sekolah, dll. Ada beberapa hal yang menyebabkan kenakalan remaja ini muncul atau bahkan meningkat intensitas kenakalan remaja,misalnya saja dipengaruhi oleh faktor mata pelajaran. Kita ambil contoh pembelajaran fisika di sekolah-sekolah. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa mata pelajaran fisika adalah salah satu momok yang paling ditakuti dan tidak disukai oleh kebanyakan siswa.  Tidak jarang mata pelajaran fisika menjadi mata pelajaran yang paling dihindari,dibenci, dan bisa dikatakan ‘anti-fisika’. Hal ini sering menumbuhkan kenakalan remaja para siswa ‘anti-fisika’ seperti tidak mendengarkan saat guru menjelaskan, bermain sendiri, mendengarkan headset, ngobrol dengan teman, mengantuk,tidur di kelas atau bahkan membolos saat ada mata pelajaran fisika. Tindakan-tindakan kenakalan remaja yang lainnya sebagai bentuk ketidaksukaan mereka terhadap fisika adalah tidak mengerjakan tugas fisika yang diberikan oleh guru. Sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan para siswa yang tidak menyukai fisika atau anti-fisika. Walaupun pada dasarnya mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajran yang susah dipahami dan membutuhkan usaha lebih untuk memahaminya, tapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi, yaitu bagaimana pembelajaran yang dilakukan oleh guru, apakah cara mengajarnya monoton dan tidak menarik, atau ada hal lain yang tidak disukai para siswa. Oleh karena itu, sebagai guru, kita harus mengimbangi mata pelajaran yang susah dengan cara mengajar yang menarik, kreatif, dan fresh.
Untuk mengatasi kenakalan remaja saat pembelajaran fisika contohnya, kita tidak seharusnya memberikan hukuman fisik, teguran keras, dan tindakan lain yang dapat merusak mental para siswa, karena perkembangan mental mereka belum stabil. Hukuman fisik bukanlah cara yang tepat untuk menangani masalah kenakalan remaja dan pembinaan karakter, jika hukuman fisik diberlakukan oleh guru, bukan terselesaikannya masalah tapi akan menambah masalah. Mungkin di depan guru, para siswa tersebut merasa segan dan tidak akan mengulangi, tapi di belakang guru tersebut ia akan semakin membenci mata pelajaran yang guru ajarkankan, tetap melakukan kenakalan walaupun tidak diketahui gurunya dan menimbulkan sakit hati. Selain itu hukuman fisik juga dilarang keras, karena bisa saja dianggap sebagai pelanggaran HAM dan sebuah tindakan kriminal yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya. Teguran keras, bias kita anggap sebagai pisau bermata dua. Maksudnya adalah bagi sebagian siswa hal ini bisa menjadi solusi yang tepat, tapi bagian siswa teguran dapat menjadi pemicu masalah lain. Bagi sebagian siswa teguran keras dapat menyadarkan dirinya bahwa kenakalan yang ia lakukan adalah sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan, apabila dalam diri siswa tersebut memang dilatar belakangi perkembangan mental yang baik. Akan tetapi bagi siswa yang mempunyai perkembangan mental yang kurang berhasil teguran keras ini bisa membuat mentalnya ‘down’ misalnya saja mereka menjadi sangat malu terhadap teman-temannya karena mendapat teguran keras, atau ia menjadi marah , sakit hati dan benci terhadap gurunya sehingga ia tidak mau mengikuti pelajaran lagi, bahkan langkah jauh yang bisa saja dilakukan sebagai bentuk pertentangannya adalah ia menjadi lebih nakal dan ia tidak mau sekolah lagi, karena merasa terlalu malu terhadap yang lainnya.
Untuk mencegah muncul-muncul masalah yang lebih rumit dalam menangani masalah kenakalan remaja dalam pembelajaran fisika, sebagai guru kita harus memilih penanganan yang tepat. Dan macam penanganan yang akan kita lakukan juga harus disesuaikan dengan pribadi siswa-siswa yang kita hadapi. Karena setiap siswa itu mempunya pribadi dan perkembangan mental yang berbeda, setiap siswa mempunyai keistimewaan dan tugas guru untuk mengenalinya. Penanganan yang dapat kita lakukan kepada siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran fisika adalah dengan cara mengajak mereka aktif dalam pembelajan, misalnya dengan pura-pura minta tolong untuk menuliskan soal sekaligus mencari jawaban yang ia tulis di depan, atau dengan cara meminta siswa yang terlihat mengantuk untuk membantu temannya mengerjakan soal atau membacakan materi.
Metode yang ditawarkan oleh guru  menjadi solusi penanggulan kenakalan siswa di kelas. Jika metode pembelajaran fresh, menarik, dan kreatif maka antusiasme siswa akan meningkat sehingga tidak ditemui siswa yang mengobrol dengan teman yang lain, siswa yang ngantuk, bermain sendiri maupun bolos. Metode yang dilakukan guru disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, sehingga metode yang digunakan tidak monoton. Kita bisa mengadakan kegiatan belajar mengajar diluar kelas ketika kita akan menyampaikan materi mengenai pembiasan cahaya atau pemantulan cahaya yaitu dengan melihat pelangi yang kita temui di alam untuk menjelaskan pembiasan cahaya, mempelajari fatamorgana yang muncul di jalan raya saat siang terik, memancing ikan di sungai juga merupakan salah satu cara mengajar yang menarik, selain refreshing kita bisa menjelaskan materi mengenai pembiasan dan indek bias medium. Lewat fenomena alam yang merupakan objek visual akan lebih diingat daripada penjelasan buku dan juga lebih menarik perhatian siswa.
Akting atau bermain peran mengenai materi fisika, lebih ringan ditangkap oleh siswa, karena pembelajaran ini juga bisa dinikmati sebagai hiburan. Metode ini bisa digunakan ketika kita menyampaikan materi mengenai alam semesta, seperti peredaran planet, karakteristik planet, rotasi dan revolusi planet, proses gerhana. Metode bermain peran akan melibatkan siswa agar aktif, masing-masing siswa diberi satu peran yaitu siswa berperan sebagai planet, bulan, matahari,dan objek alam semesta lainnya. Lalu para siswa melakukan gerakan peredaran planet dan menceritakan kepada planet lain (siswa), begitu pula objek yang lain juga menceritakan karakternya. Siswa yang mendapat peran bumi,bulan dan matahari memperagakan bagaimana posisi mereka saat terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari. Metode bermain peran selain mengandung materi-materi pelajaran juga mempunyai manfaat sebagai proses sosialisasi dengan teman sekelas, bagi mereka yang awalnya belum akrab menjadi mulai akrab, dan juga diantara mereka yang memainkan peran harus bekerja sama agar peran yang mereka perankan sesuai dengan benda yang mereka perankan. Metode-metode seperti yang telah dijelaskan akan menarik perhatian siswa dan mengurangi kesan bahwa belajar fisika selalu membosankan dan membingungkan,fisika yang sulit,ribet. Ketika anggapan mereka terhadap mata pelajaran mulia baik dan bisa membaur dalam pembelajaran maka kenakalan yang biasa dilakukan siswa selama pembelajaran dapat tereliminasi dengan sendirinya.  
Kenakalan remaja tidak bisa diselesaikan dengan cara kekerasan dan teguran keras yang bisa menyakiti hati siswa. Kenakalan remaja dapat diatasi dengan menggunakan metode pembelajaran yang menarik sekaligus membina karakter secara tersirat. Tapi tidak sepenuhnya kenakalan remaja saat pembelajaran dapat diatasi dengan satu metode, karena masing-masing siswa mempunyai pribadi, karakter, perkembangan mental dan keistimewaan yang berbeda-beda. Metode- metode kreatif, fresh, menarik yang diciptakan guru merupakan penanggulangan kenakalan remaja saat pembelajaran yang efektif. Sudah seharusnya para guru menyiapkan metode- metode kreatif yang tentunya menuntut kekreativitasan guru yang tinggi. Semakin tinggi tingkat kreativitas guru semakin mengurangi kenakalan remaja saat pembelajaran.


0 komentar:

Posting Komentar