27 Mei 2012

Karya Tulis Ilmiah : Batik Tegalan



BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Batik adalah warisan budaya Indonesia yang semakin diakui keberadaannya oleh dunia, setelah diakui oleh UNESCO sebagai “ World Herritage “ ( Warisan Dunia ) tahun 2009. Pantaslah jika batik dijadikan sebagi warisan dunia karena batik merupakan hasil pikiran nenek moyang yang penuh dengan nilai sejarah dan budaya.
Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki batik dengan karakteristik tersendiri, seperti batik Solo, batik Pekalongan, batik Banyumas, batik Cirebon, batik Ponorogo, batik Tulungagung, batik Gresik, batik Surabaya, batik Madura, dan banyak lagi dengan nama yang berbeda-beda. Selain batik yang telah disebut, terdapat juga batik yang menjadi kebanggaan orang Tegal, yaitu batik Tegalan.
Batik Tegalan sebenarnya adalah potensi besar yang di miliki kabupaten Tegal, selain dari sektor pariwisatanya. Karena batik Tegal mempunyai daya saing yang kuat dengan batik dari lain. Motif serta corak yang terang menjadi ciri khas dari batik yang mendapat sebutan batik pesisiran ini.
Tetapi meskipun memiliki potensi yang sangat besar, batik tegalan belum begitu dikenal oleh masyarakat Tegal khususnya, serta masyarakat Indonesia umumnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya promosi, serta kurangnya modal untuk para pengrajin batik yang sebagian besar merupakan usaha home industry. Di desa Bengle yang terkenal sebagai kota batiknya tegal, yang hampir seluruh warganya bermata pencaharian sebagai pengrajin batik hampir semuanya dalam kategori pengusaha UKM.

1.2  Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah :
1.2.1        Apakah keistimewaan dari batik tegalan ?
1.2.2        Bagaimana proses pembuatan batik tegalan ?
1.2.3        Bagaimana pemasaran dari batik tegalan?



1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1        Untuk mengetahui tentang keistimewaan dari batik tegalan.
1.3.2        Untuk mengetahui tentang proses pembuatan batik tegalan.
1.3.3        Untuk mengetahui tentang pemasaran dari batik tegalan.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat yang dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.4.1        Memberikan informasi tentang keistimewaan dari batik tegalan.
1.4.2        Memberikan informasi tentang proses pembuatan batik tegalan.
1.4.3        Memberikan informasi tentang pemasaran dari batik tegalan.




















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Sekilas tentang Batik Tegalan
            Batik atau kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang mempunyai arti: “menulis” dan “titik”.
2.2. Sekilas tentang Perkembangan Batik Tegalan
            Batik adalah salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Sejalan dengan perkembangan nilai social dn budaya bangsa Indonesia, batik tumbuh dan berkembang menjadi kekayaan nasional bernilai tinggi.
            Sejarah perbatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram, kemudian pada masa kwerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta. Kesenian ini mulai meluas di kalangan rakyat Indonesia, khususnya suku Jawa setelah akhir abad ke-18. Batik tulis adalah yang pertama kali dikenal, kemudian diikuti oleh batik cap yang mulai dikenal pada akhir Perang Dunia I, sekitar 1920-an.
            Pada zaman Majapahit, awalnya batik dikerjakan terbatas di lingkungan keraton kerajaan saja. Lantas, kain batik tersebut dipakai untuk pakaian raja, keluarga, dan para pengikutnya. Pengikut raja pun kemudian membawa seni batik ke luar keraton. Lama-lama, batik keraton ini ditiru oleh rakyat terdekat dan meluas menjadi pekerjaan pengisi waktu luang para wanita. Batik yang semula hanya menjadi pakaian keluarga keraton kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari pria dan wanita.
            Bahan kain putih yang digunakan kala itu adalah hasil tenunan sendiri. Bahan pewarnanya juga dibuat sendiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia, antara lain dari pohon mengkudu, tinggi, soga, dan nila. Sementara bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Pewarna dari luar negeri baru dikenal sesudah PD I yang dijual oleh para pedagang Cina du Mojokerto, Jawa Timur. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya pewarna batik dari luar negeri.
            Pembatikan yang dikenal sejak zaman Majapahit menyebar pesat di Jawa Tengah, yaitu surakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Batik kemudian berkembang luas, khususnya di Pulai Jawa. Awalnya, batik hanya sekedar hobi para keluarga raja. Kemudian masyarakat mengembangkannya menjadi komoditi perdagangan.
            Pembatikan di Yogyakarta dikenal sejak Kerajaan Mtaram ke-I di masa Raja Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di Desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga keraton, yaitu istri dari abdi dalem danb tentara-tentara. Pada masa itu, dalam upacara resmi kerajaan, keluarga keraton baik pria atau wanita memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Rakyat yang berkunjung ke keraton kemudia tertarik dan menirunya. Peperangan turut berperan dalam penyebaran batik. Perang membuat banyak keluarga raja mengungsi dan menetap di daerah baru. Batik pun menyebar antara lain ke Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon, Ponorogo, Tulungagung, Gresik, Surabaya, dan Madura.
            Di sejumlah daerah di Jawa Tengah, batik pun menjamur. Salah satunya di daerah Tegal. Batik Tegal dikenal dengan nama Batik Tegalan. Di Tegal, batik dikenal pada akhir abad ke-19. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu, kemudian meningkat menjadi warna merah dan biru. Batik Tegal kala itu sudah menyebar ke luar daerah, antara lain ke Jawa Barat yang dibawa sendiri oleh pengusahanya dengan berjalan kaki. Para pedagang inilah yang mengembangkan batik Tasikmalaya dan Ciamis, Jawa Barat. Produksi batik Tegalan sendiri meliputi daerah Bengle, Langgen, Dukuhsalam, Tegalwangi, Kaladawa, dan Pasangan. Tetapi, sentral pengrajin batik tegalan berada di Bengle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.

2.3. Sekilas tentang Desa Bengle
            Bengle merupakan sebuah desa di kecamatan Talang, yang merupakan salah satu bagian dari kabupaten Tegal, provinsi Jawa Tengah. Luasnya              ha. Memiliki batas-batas wilayah meliputi :
Utara    : Desa Dukuh Malang                                                    
Selatan : DesaLanggen
Barat    :  Desa Setu                                                
Timur   :
            Desa ini terletak dekat dari pusat kecamatan Talang, jaraknya kurang lebih 1 km. Desa Bengle memiliki populasi penduduk sebanyak                   jiwa
Di daerah ini banyak ditemukan aliran sungai, dan sebuah waduk besar yaitu Waduk Pesayangan yang jaraknya tidak cukup jauh dari pusat desa Bengle. Daerah ini memiliki suasana alam yang panas karena daerah ini termasuk dataran rendah di kabupaten Tegal dan jarang ditemukan pepohonan.
            Akses transportasi menuju desa Bengle  belum cukup memadai. Karena jarang ditemukannya angkutan umu yang berlalu lintas dari dan ke desa Bengle. Hanya yang paling umum ditemukan yaitu becak, pengendara sepeda, dan pengendara motor.
            Bengle lebih dikenal dengan Kota Batik. Tak heran karena para penduduk Bengle, khususnya para ibu dan remaja putri mempunyai mata pencaharian sebagai pengrajin batik. Mereka mulai belajar membatik sejak usia dini. Biasanya mereka mulai membatik pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, tetapi tak jarang pula mereka melanjutkan pekerjaannya itu hingga larut malam. Mereka bekerja dari hari Senin-Sabtu, sedangkan hari Minggu mereka gunakan untuk istirahat.


















BAB III

METODOLOGI
3.1   Metode Penelitian
  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Deskriptif berarti melukiskan objek penelitian dengan cara menyusun dan menyajikan data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Sedangkan analitik artinya mengadakan penyelidikan atau penelitian terhadap objek yang diteliti. Jadi, penelitian deskriptif analitik adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan penyelidikan terhadap objek penelitian,dalam hal ini adalah pesona batik tegalan. Adapun sampel sampel penelitian ini sebanyak 35 koresponden yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan secara purposif sampling. Purposif sampling artinya pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan, mengingat setiap unsure yang ada dalam populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang berbeda untuk dijadikan sampel.
3.2     Populasi dan Sampel
      a.  Populasi
   Populasi adalah sekelompok subjek , baik manusia, gejala, nilai tes,benda-benda ataupun peristiwa. Populasi yang dihadapi mungkin terbatas dan mungkin pula tidak, tergantung pada rumusan masalah penelitian yang tlah ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh koresponden di Indonesia.
            b.  Sampel
                    Sampel adalah bagian dari populasi tidak mungkinnya penyelidikan atau penelitian terhadap seluruh populasi, maka penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan sebagian dari populasi yakni sebuah sampel yang dapat dipandang representative terhadap populasi tersebut.

 



3.3     Waktu dan Tempat Penelitian
            Dalam proses penelitian ini, penulis membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Proses penelitian yang kami lakukan dilaksanakan di desa Bengle, Kecamatan Talang.
            Di bawah ini adalah table yang menunjukkan proses dan waktu penelitian yang penulis lakukan:
            Tabel 3.1 Proses Penelitian
No.
Proses Penelitian
Waktu
1.
Penentuan tema karya tulis
28 Desember 2009
2.
Pengumpulan data/sumber/referensi
3 -12 Januari 2010
3.
Wawancara
14 Januari 2010
4.
Observasi
17 Januari 2010
5.
Pengolahan data
19-27 Januari 2010
            Sumber : Olahan penulis, 22 Januari 2010.
3.4     Teknik Pengumpulan Data
                        Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data pokok atau data utama yang diperoleh langsung dari narasumber atau responden. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pernyataan beberapa responden yang diwawancarai. Sedangkan data sekunder adalah data tambahan. Sumber data sekunder yang digunakan adalah bahan-bahan tambahan yang terdapat pada buku-buku referensi serta sumber dari internet.
Teknik pengumpulan data dalam karya tulis ini adalah :
a.       Observasi,yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik permasalahan-permasalahanyang diselidiki. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung dan menyimak fakta mengenai batik tegalan di Kabupaten Tegal.
b.      Wawancara. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
c.       Studi Pustaka, yaitu suatu bentuk teknik pengumpulan data yang bersumber dari sumber tertulis, baik dari surat kabar, internet maupun buku-buku untuk dijadikan bahan penulisan.
3.5     Analisis Data
          Penelitian ini menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Yaitu :
a.       Analisis Kualitatif
Data primer yang diperoleh dari hasil wawancarasecara kualitatif, sehingga diperoleh interprestasi data keadaan batik tegalan di Kabupaten Tegal.
b.      Analisis Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menganalisis data primer yang telah diklasifikasikan dengan menggunakan deskripsi presentase. Data yang telah terkumpul diteliti dan dianalisis dengan menggunakan scoring terhadap instrument, menggunakan rumus :

                                          P =

Keterangan :
P          = Presentase
F          = Frekuensi
N         = Jumlah responden
100      = Angka satuan pembulatan








BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Keistimewaan dari Batik Tegalan

Budaya batik merupakan warisan turun menurun yang telah berusia ratusan tahun. Semula batik hanya dikenakan oleh keluarga raja maupun kalangan atas. Kini, batik sudah membudaya di  semua kalangan masyarakat. Bahkan UNESCO sendiri telah menetapkan, batik sebagai salah satu warisan milik dunia.
Semula, batik hanya didominasi Solo dan Pekalongan. Namun, seiring perjalanan waktu, motif batik menyebar. Salah satunya yaitu batik tegalan dari Kabupaten Tegal yang terkenal juga dengan sebutan batik pesisiran. Sama seperti dengan batik dari daerah lain. Batik Tegalan juga ada beberapa jenis. Yaitu Batik Tulis, Batik Cap/Cetak, dan Batik Printing.
            Keistimewaan serta yang menjadi keunikan dari batik tegalan ini terletak pada kekayaan warnanya. Selain itu, kualitas batik itu juga dapat dilihat dari segi corak dan
pewarnaan dari batik tersebut. Di tegal sendiri terdapat banyak motif batik, baik yang klasik maupun batik dengan sentuhan modern. Salah satu dari batik klasikan adalah Batik Klasikan Bangjo yang didominasi dengan warna terang seperti warna merah dan hijau banyak digunakan dalam motif. Yang termasuk dalam motif Klasikan antara lain, motif gelaran, motif ukel merak, motif cecek kawe, merakan. Ketiga nama tersebut merupakan isen-isen atau pengisi latar motif batik.
            Dinamakan motif gelaran karena motif batik tersebut berbentuk seperti alas tidir yang terbuat dari bambu. Untuk motif ukel berbentuk seperti setengah bulatan elips, sedangkan motif cecek kawe berbentuk seperti ekor cicak. Selain itu juga terdapat motif merakan. Disebut motif merakan karena merak yang ada dalam gambar batik tersebut merupakn simbol dan juga harapan akan adanya keberuntungan dan kejayaan bagi pemakainya. Disamping motif Klasikan Bangjo, Tegal juga memiliki motif batik yang mirip batik Solo maupun Yogya. Motif tersebut bernama Klasikan Irengan. Klasikan Irengan merupakan pendalaman motif batik Solo-Yogya yang berkembang di daerah Tegal. Motif ini tidak mengalami perubahan semenjak dikenalkan teknik membatik saat perjalanan Amangkurat dari Pleret ke Tegal.

Yang termasuk dalam motif Klasikan Irengan antara lain, Udan Liris yaitu motif yang melambangkan kesuburan, Sawat Rama Putiyan,motif yang melambangkan kegagahan bagi pemakainya. Parang yang melambangkan kekuasaan serta kewibawaan. Sawat Candra melambangkan pemakai akan selalu mendapatkan perlindungan dalam kehidupannya. Sido Mukti, melambangkan harapan diberikannya sifat mukti atau bijaksana. Sedang Kawungmlinjo melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya, juga melambangkan empat penjuru (pemimpin harus dapat berperan sebagai pengendali ke arah perbuatan baik). Juga melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia sehingga ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia Penyebaran motif di Kabupaten Tegal tercantum dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Motif dan Persebaran Batik di Kabupaten Tegal
No
Persebaran
Nama Motif
1
Dukuhsalam-Slawi
Gribigan
2
Dukuhsalam-Slawi
Jahe-jahean
3
Dukuhsalam-Slawi
Kawunganmlinjo
4
Dukuhsalam-Slawi
Sidamukti
5
Dukuhsalam-Slawi
Udanliris
6
Dukuhsalam-Slawi
Ukel Witwitan
7
Pagiyanten-Adiwerna
Kopi Pecah
8
Pagiyanten-Adiwerna
Parang
9
Pagiyanten-Adiwerna
Parang Angkik
10
Pagiyanten-Adiwerna
Putihan
11
Pagiyanten-Adiwerna
Sawat Candra

            Selain keunikan dari segi motif dan coraknya, batik tegalan juga memiliki keunikan dalam segi pembuatannya, yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain yang akan dibahas dalam proses pembuatan batik tegalan.

4.2 Proses Pembuatan Batik Tegalan
        
Proses produksi atau pembuatan kain batik batik khas Kabupaten Tegal sama seperti proses produksi kain batik di daerah lain. Perbedaannya hanya pada corak dan warna dominan saja. Bahan-bahan yang digunakan untuk membatik pada zaman dulu banyak menggunakan bahan alam jadi sifatnya alami. Bahan pewarna alami yang biasanya dipakai untuk membatik adalah kulit kayu, seperti kulit kayu soga, tingi, tegeran, dan lain-lain. Demikian pula dengan jenis kain yang digunakan juga bahan alami seperti kain mori. Masyarakat Jawa zaman dahulu belum mengenal bahan-bahan kimia untuk membuat batik. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pembuatan batik mengalami perubahan yang drastic, baik dari sisi keanekaragaman kain (seperti sintesis, katun), bahan pewarna, atau bahan-bahan lainnya.
            Batik tulis yang dibuat secara manual oleh masyarakat Jawa sering kali disebut batik batik tradisional. Pembuatannya memakan waktu cukup lama antara satu hingga dua bulan untuk selembar kain batik. Proses yang sangat lama tersebut, karena segala tahap dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin, mulai dari pembuatan pola, mbironi, nyoga, hingga jadi. Tahapan-tahapan membuat batik tradisional tidak kurang dari 11 proses. Berikut langkah-langkah membuat batik tradisional khas Tegal :

I.  Ngetel
Maksudnya adalah menghilangkan kotoran dan kanji pabrik yang terdapat pada kain mori yang baru. Kanji pabrik yang menempel pada kain mori menyebabkan kain menjadi kaku dan licin bila disetrika.

II.     Nganji
Pada tahap ini setelah kain selesai dicuci, lalu kain dikanji tipis dengan tapioka hingga kering. Hal ini dimaksudkan untuk melicinkan dan memegang benang agar tidak bergoyang. Selain itu juga untuk mempermudah pelepasan lilin klowong dan tembokan.

Sebelum ditulis, biasanya mori dicuci terlebih dahulu dengan air hingga kanji aslinya hilang dan bersih, kemudian di kanji lagi. Motif batik harus dilapisi dengan kanji dengan ketebalan tertentu, jika terlalu tebal nantinya malam kurang baik melekatnya dan jika terlalu tipis maka akibatnya malam akan “mblobor” yang nantinya akan sulit dihilangkan. Mori dengan kualitas tertinggi tidak perlu di kanji lagi, karena ketebalan kanjinya sudah memenuhi syarat.

III. Ngemplong
Proses ini untuk menghaluskan kain yang akan digambari dengan lilin (diklowong). Beberapa lembar kain yang telah di kanji digulung erat-erat lalu dipukul-pukul sampai licin dan halus dengan pemukul kayu berserat halus. Begitu pula dengan alasnya juga terbuat dari kayu berserat halus. Proses ketiga ini tidak bisa diganti dengan cara disetrika, karena pada proses disetrika, tidak bisa melekatkan benang-benang dengan lurus.
Biasanya hanya mori yang halus yang perlu dikemplong terlebih dahulu sebelum dibatik. Mori biru untuk batik cap biasanya bisa langsung dikerjakan tanpa dilakukan pekerjaan persiapan. Tujuan dari ngemplong ialah agar mori menjadi licin dan licin. Untuk maksud ini mori ditaruh diatas sebilah kayu dan dipukul-pukul secara teratur oleh pemukul kayu pula. Mori yang dikemplong akan lebih mudah dibatik sehingga hasilnya lebih baik.

IV. Nglowong
            Pada tahap ini kain digambari dengan lilin, baik dengan menggunakan canting tangan atau menggunakan cap atau stempel manual (yang sudah agak maju). Sifat dari lilin yang digunakan dalam proses ini harus cukup kuat dan renyah supaya lilin mudah dilepaskan dengan cara dikerok. Sebab bekas gambar lilin ini nantinya akan ditempati oleh warna coklat.




            Selesai diklemplong mori sudah siap untuk dikerjakan. Teknik pembuatan batik terdiri dari pekerjaan utama, dimulai dari pekerjaan utama, dimulai dengan nglowong ialah membatik motif-motifnya diatas mori dengan mengguanakan canting Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai dilanjutkan dengan Nerusi pada sebelah lainnya. 

V. Nembok
            Proses kelima ini hampir sama dengan proses keempat yakni Nglowong. Bedanya lilin yang digunakan harus lebih kuat karena lilin ini dimaksudkan untuk menahan zat warna biru (indigo) dan coklat (soga) agar tidak menembus lain.
            Sebelum dicelup kedalam zat pewarna, bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih harus ditutup dengan malam. Lapisan malam ini ibaratnya tembok untuk menahan zat pewarna agar jangan merembes kebagian yang tertutup malam. Oleh karena itu pekerjaan ini disebut menembok, jika ada perembesan karena temboknya kurang kuat maka bagian yang seharusnya putih akan tampak jalur-jalur berwarna yang akan mengurangi keindahan batik tersebut. Itulah sebabnya malam temboknya harus kuat dan ulet, lain dengan malam klowong yang justru tidak boleh terlalu ulet mudah dikerok.

VI. Wedelan/Celepan/Medel.
            Yaitu memberi warna biru pada kain yang telah memasuki proses Nembok dengan menggunakan indigo yang disesuaikan dengan tingkat warna yang dikehendaki. Jaman dulu pekerjaan ini memakan waktu berhari-berhari karena menggunakan bahan pewarna indigo (tom). Zat pewarna ini sangat lambat menyerap dalam kain mori sehingga harus dilakukan berulang kali, kini dengan bahan warna modern bisa dilakukan dengan cepat.






VII. Ngerok
            Yaitu menghilangkan lilin klowongan untuk tempat warna coklat dengan alat cawuk (terbuat dari lempengan seng yang ditajamkan ujungnya). Bagian yang akan di soga agar berwarna coklat, dikerok dengan cawuk ( semacam pisau tumpul dibuat dari seng) untuk menghilangkan malamnya.

VIII. Mbironi
            Pekerjaan berikutnya adalah mbironi, yang terdiri dari penutupan dengan malam bagian-bagian kain yang tetap diharapkan berwarna biru, sedangkan bagian yang akan di soga tetap terbuka. Pekerjaan mbironi ini dikerjakan didua sisi kain.
            Pada tahapan ini kain yang telah selesai dikerok pada bagian-bagian yang diinginkan tetap berwarna biru dan putih (cecekan/titik-titik) perlu ditutup lilin dengan menggunakan canting tulis. Maksudnya agar bagian tersebut tidak kemasukan warna lain apabila disoga.

IX. Nyoga
            Kain yang telah selesai dibironi lalu diberi warna coklat (disoga) dengan ekstrak pewarna yang terbuat dari kulit kayu soga, tingi, tegeran, atau lainnya. Kain tersebut dicelup dalam bak pewarna hingga basah seluruhnya. Setelah itu kain dikeringkan. Proses ini diulang-ulang sampai mendapatkan warna coklat yang diinginkan.
            Menyoga merupakan proses yang banyak memakan waktu, karena mencelupkan kedalam soga. Jika menggunakan soga alam, tidak cukup hanya satu dua kali saja, harus berulang. Tiap kali pencelupan harus dikeringkan diudara terbuka. Dengan menggunakan soga sintesis maka proses ini bisa diperpendek hanya setengah jam saja. Istilah menyoga diambil dari kata pohon tertentu yang kulit pohonnya menghasilkan warna soga (coklat) bila direndam dalam air.





X. Ngareni
            Proses Ngareni, kain yang telah berwarna coklat kemudian difiksir/disareni dengan larutan air kapur. Kain dicelupkan dalam bak air kapur hingga seluruhnya basah. Setelah ditiris, kain dicelup lagi dalam air ekstrak kayu tegeran, kembangsan, dan lain-lain. Pada proses ini untuk membersihkan seluruh lilin yang masih ada di kain dengan cara dimasak dalam air mendidih, ditambah air tapioka encer agar tidak melekat kembali ke kain.

XI. Mbabar/Nglorot
            Setelah mendapat warna yang dikehendaki, maka kain harus mengalami proses pengerjaan lagi yaitu malam yang masih ketinggalan di mori harus dihilangkan, caranya dengan dimasukkan ke dalam air mendidih yang disebut nglorot.

4.3 Pemasaran Batik Tegalan

            Meskipun batik tegalan tidak kalah dengan batik dari daerah lain dalam segi motif dan corak, namun dalam hal promosi dan pemasaran, batik tegalan sangat tidak maksimal dibandingkan dengan daerah lain seperti Pekalongan dan Solo yang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Hal ini disebabkan karena kurangnya media promosi untuk memperkenalkan batik tegalan.
            Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap 30 koresponden dari seluruh Indonesia, yang menunjukkan sebagian besar dari koresponden yang diambil datanya melalui kuisioner tidak mengetahui tentang batik tegalan. Bahkan orang tegal sendiri juga tidak tahu kalau tegal memiliki batik.
            Meskipun sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Tegal untuk memperkenalkan batik tegalan. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah yaitu :
§  Penggunaan Wajib Batik bagi PNS
Pemerintah kabupaten Tegal telah mewajibkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk memakai batik setiap hari Kamis sejak 2003. Hal ini bertujuan agar penjualan batik tegalan meningkat di lingkup kabupaten Tegal.
§  Pameran Batik Tegalan
Dalam pameran ini, pemerintah mengikutsertakan designer-designer untuk membuat baju dari batik tegalan yang akan dikenakan oleh para model dalam acara Fashion Show. Selain Fashion Show, dalam pameran ini, pemerintah juga memperkenalkan motif-motif batik tegalan yang beraneka ragam yang didominasi warna terang. Promosi ini sudah dilakukan pemerintah Kabupaten Tegal di 10 provinsi di Indonesia.
§  Penggunaan Batik di Event Penting
Selain hari kamis, penggunaan batik tegalan juga diwajibkan saat-saat program pariwisata serta dalam acara-acara penting. Seperti upacara-upacara peringatan hari-hari nasional.
§  Pembentukan DEKRANASDA
Dekranasda adalah suatu wadah yang disediakan pemerintah untuk para pengrajin batik dalam hal pendistribusian. Pemerintah akan membantu pendistribusian batik dari para pengrajin yang sulit mencari calon pembeli. Pembentukan  Dekranasda sangat berguna bagi para pengrajin batik, khususnya pengrajin dalam kategori UKM.
Dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah serius dalam upaya memasarkan batik tegalan. Meskipun begitu, banyak pula kendala yang dialami oleh pengrajin, penjual serta pemerintah untuk memperkenalkan natik tegalan jauh lagi. Kendala itu meliputi :
§  Produksi Batik Tegalan
Melemahnya proses bati tegalan merupakan salah satu kendala yang dialami perajin batik. Hal ini disebabkan karena kurangnya antusias dari generasi muda untuk menjadi pengrajin batik. Desa bengle yang hampir semua keluarga sebagai pengrajin batik dilakukan oleh ibu-ibu serta perempuan muda yang sudah memiliki anak. Sedangkan remaja putri lebih banyak merantau ke Jakarta bekerja di Warteg yang memiliki penghasilan yang tetap. Sedangkan remaja putra juga sedikit yang bekerja sebagai pengrajin batik. Kebanyakan dari mereka bekerja di ibukota mengharapkan pekerjaan yang lebih baik. Hal ini bisa berakibat kurang antusias generasi muda untuk melestarikan batik tegalan yang sekaligus juga memperkecil proses produksi.
§  Kurangnya Modal
Kendala utama yang dialami pengrajin batik yaitu masalah modal. Banyak dari mereka yang mengeluhkan akan biaya produksi yang tidak sebanding dengan biaya penjualan. Serta kurangnya perhatian dari pemerintah untuk pengrajin dalam hal permodalan. Pengrajin batik di desa Bengle sendiri lebih banyak bekerja di bawah seorang tengkulak. Mereka mendapatkan kain mori serta bahan lain dari tengkulak. Kemudian mereka mengerjakan proses membatik. Setiap bulan mereka menyetor hasil mereka kepada tengkulak dengan system bagi dua. Setiap pengrajin di desa bengle dapat memproduksi sebanyak 10 batik tulis perbulan.
Meskipun pemerintah telah memberikan modal, namun modal itu dianggap terlalu kecil. Junlah modal UKM yang telah diberikan pemerintah untuk pengrajin tidak sebanding dengan jumlah pengrajin. Sehingga hal ini juga menyebabkan kurang proses produksi batik tegalan.
§  Kurangnya Kepedulian Remaja
Remaja yang merupakan generasi penerus cenderung untuk tidak memakai batik, khususnya remaja Kabupaten Tegal yang enggan memakai batik tegalan. Hal ini disebabkan karena alas an remaja yang dianggap kuno jika memakai batik. Padahal pemerintah sudah menvariasikan batik sesuai mode remaja saat ini. Sehingga penyuluhan tentang batik tegalan terhadap remaja sangatlah dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa cinta memakai serta memiliki batik tegalan yang saat ini terancam kehilangan generasi.
Itulah yang menjadi kendala pemerintah untuk mempromosikan batik tegalan ke masyarakat umum. Dalam tabel 4.2 tertulis pemasaran batik tegalan di Kabupaten Tegal.

Tabel 4.2 Pemasaran Batik khas Kabupaten Tegal
No
Nama
Kapasitas per bulan ( buah )
Pemasaran
1
KUB Kembang Manggar ( Inah )
4
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
2
Pengrajin Mandiri Dalam KUB Kembang Manggar
2-4
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
2-4
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
2-4
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
2-4
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
3
Pengrajin Mandiri dil luar KUB Kembang Manggar
1
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
2-4
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
2-4
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
4
Kunah
160
Toko-toko di Slawi, Banjaran, Tegal.
5
Sunarti
25
Ibu Kunah
6
Mak Irah
25
Ibu Kunah
7
Warti
10
Ibu Kunah
8
Tiol
50
Ibu Kunah
9
Raswi
25
Toko-toko di Slawi, Banjaran, Tegal.
10
Surip
50
Toko-toko di Slawi, Banjaran, Tegal.
11
Pengrajin Buruh ( Surip )
15
Ibu Kunah
12
Pengrajin Mandiri ( Surip )
2
Di desa dan Luar Desa Pasangan
2
Di desa dan Luar Desa Dukuhsalam
13
Marwah
20
Di desa, toko-toko di Slawi, Banjaran, Tegal, Pasangan, Bengle.
14
Marwah
20-25
Di desa, toko-toko di Slawi, Banjaran, Tegal, Pasangan, Bengle.
15
Pengrajin Buruh ( Marwah )
1-4
Setu, Bengle, Pasangan, Langgen.

Selain itu juga terdapat klaster-klaster batik di Kabupaten Tegal.
Tabel 4.3 Klaster Batik khas Kabupaten Tegal
Desa
Profil
Jumlah
Nama
Alamat
RT
RW



Dukuhsalam-Kec. Slawi
Pengepul
1
KUB Kembang Manggar ( Inah )
3
4

Pengrajin mandiri dalam KUB

3

KUB Kembang Manggar ( Inah )
3
2
4
4
2
10
2
4
10
3
4
Pengrajin mandiri luar KUB

1
KUB Kembang Manggar ( Inah )

1
5

3
30

4




Pagiyanten-Kec. Adiwerna
Pengepul
7
Kunah
22
6
Sunarti
22
6
Mak Irah
22
6
Warti
22
6
Tiol
22
6
Raswi
22
6
Surip
22
6
Pengrajin buruh
30

22
6
Pengrajin Mandiri
1

5
1
4

4
1
Setu-Kec. Tarub
Pengepul
2
Marwah
2
2
Marwah
3
2
Pengrajin buruh
5

2
2
                        Juga terdapat Mekanisme Plasma pada klaster yang tercantum dalam tabel
Tabel 4.4 Mekanisme Plasma pada Klaster Batik khas kabupaten Tegal
Profil
Jumlah
Nama
Jumlah Tenaga Kerja
Mekanisme kerja
Pengepul KUB
1
KUB Kembang Manggar (Inah)
4
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Pengrajin mandiri dalam KUB
3


Menjual Kain Batik
4
Menjual Kain Batik
10
Menjual Kain Batik
10
Menjual Kain Batik
Pengrajin mandiri di luar KUB
1

Menjual Kain Batik
5
Menjual Kain Batik
30
Menjual Kain Batik
Pengepul
7
Kunah
20
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Sunarti
10
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Mak Irah
10
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Warti
5
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Tiol
20
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Raswi
10
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Surip
20
Meminjamkan Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
Pengrajin buruh
30


Menjual mori pinjaman yang sudah dicanting
Pengrajin Mandiri
1


Menjual kain batik
4
Menjual kain batik
Pengepul
2
Marwah
1
Membeli kain batik yang sudah jadi
Marwah
20
Membeli Mori yang sudah dicanting
Pengrajin buruh
5


Menjual kain Mori yang sudah dicanting









BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)      Batik Tegalan mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain.
2)      Batik Tegalan dalam proses pembuatannya mempunyai keunikan disbanding batik lain, yaitu adanya proses Ngetel, Nganji, Ngemplong, Nembok, Wedelan/Celepan/Medel, Ngerok, Mbironi, Nyoga, Ngareni, dan Mbabar/Nglorot
3)      Pemasaran Batik Tegalan dikendalai karena promosi serta pendistribusian yang kurang maksimal.
5.2 Saran                                                       
            Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1)      Warga Tegal harus lebih mengenal batik Tegalan
2)      Pemerintah lebih peduli lagi terhadap pengrajin batik Tegalan.
3)      Harga jual dari batik Tegalan harus sesuai dengan modal












PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA
UPTD SMA NEGERI 1 SLAWI
Jalam KH. Wahid Hasyim 1 Kotak Pos6 Telp. (02830 491164
3317173 Slawi 52415



SURAT KETERANGAN

            Kepala UPTD SMA Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal menerangkan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pesona Pancaran Batik Tegalan” yang ditulis oleh :

            Nama               : Dwi Putri Sabariasih
            NIS                 : 0813492
            Nama               : Irma Prastika
            NIS                 : 0813688
            Nama               : Irwan Suswandi
            NIS                 : 0813725
            Nama               :  Rima Auly Ismalia
            NIS                 : 0813509
            Nama               : Susi Kurniati
            NIS                 : 0813543
Merupakan hasil karya penelitian dan benar-benar karya sendiri.
            Demikian surat keterangan ini diberikan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
                                                                                                Slawi, 27 Januari 2010
Kepala UPTD SMA Negeri 1 Slawi






    Sr Rejekiningsih, M.pd
NIP.


                                                                                                 


PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA
UPTD SMA NEGERI 1 SLAWI
Jalam KH. Wahid Hasyim 1 Kotak Pos6 Telp. (02830 491164
3317173 Slawi 52415



Slawi, 25 Januari 2010
Nomor             :
Perihal             : Peminjaman Data
                          dan Wawancara

            Dengan Hormat,
            Perlu kami sampaikan bahwa beberapa siswa kami yang tergabung dalam Kelompok Karya Ilmiah Remaja bermaksud menulis mengenai Batik Tegalan di Kabupaten Tegal. Terkait dengan hal tersebut kami mohon kiranya Bapak Ibu berkenan untuk meminjamkan data-data dan bersedia diwawancarai.
            Demikian surat ini kami sampaikan atas perhatian Bapak Ibu kami sampaikan terima kasih.

Kepala UPTD SMA Negeri 1 Slawi


Sri Rejekiningsih, M.Pd
                                                                                                NIP




DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tegal.2009. Kebudayaan Kabupaten Tegal. Tegal : Departemen Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tegal.










DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.      Nama                                 : Dwi Putri Sabariasih
Tempat/tanggal lahir         : Tegal, 25-11-1993
NIS                                   : 0813492
Alamat                              : Jl. Simpang 3 Sumbaga-Sokasari,
  Bumijawa Tegal
No. Telp/HP                      : 085642884750
2.      Nama                                 : Irma Prastika
Tempat/tanggal lahir         : Tegal, 13-10-1993
NIS                                   : 0813688
Alamat                              : Perum Griya Praja Mukti blok E No. 22 Kalisapu,      Slawi, Tegal
No. Telp/HP                      : (0283)6197578
3.      Nama                                 : Irwan Suswandi
Tempat/tanggal lahir         : Tegal, 07-07-1993
NIS                                   : 0813725
Alamat                              : Jl.H. Nahrawi Rt 03/IV No.67 Timbangreja, Lebaksiu, Tegal.
No. Telp/HP                      : 085742724493
4.      Nama                                 : Rima Auly Ismalia
Tempat/tanggal lahir         : Tegal, 01-06-1993
NIS                                   : 0813509
Alamat                              : Pangkah
No. Telp/HP                      : 085742869519
5.      Nama                                 : Susi Kurniati
Tempat/tanggal lahir         : Tegal, 06-09-1992
NIS                                   : 0813543
Alamat                              : Pesarean, Pagerbarang, Tegal.
No. Telp/HP                      : 085642813956









3 komentar:

  1. justru pewarnaan bengan indigo alami akn menambah nilai batikiti.. harga jauh lebih mahal..diapresiasiii orang asing...dengan pewarna yang kamu sebut modern...nggak ada harganya dimata pecinta batik...apalagi di luar negeri....

    BalasHapus