BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Batik adalah warisan budaya Indonesia yang semakin diakui
keberadaannya oleh dunia, setelah diakui oleh UNESCO sebagai “ World Herritage
“ ( Warisan Dunia ) tahun 2009. Pantaslah jika batik dijadikan sebagi warisan
dunia karena batik merupakan hasil pikiran nenek moyang yang penuh dengan nilai
sejarah dan budaya.
Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki batik dengan karakteristik
tersendiri, seperti batik Solo, batik Pekalongan, batik Banyumas, batik
Cirebon, batik Ponorogo, batik Tulungagung, batik Gresik, batik Surabaya, batik
Madura, dan banyak lagi dengan nama yang berbeda-beda. Selain batik yang telah
disebut, terdapat juga batik yang menjadi kebanggaan orang Tegal, yaitu batik
Tegalan.
Batik Tegalan sebenarnya adalah potensi besar yang di miliki kabupaten
Tegal, selain dari sektor pariwisatanya. Karena batik Tegal mempunyai daya
saing yang kuat dengan batik dari lain. Motif serta corak yang terang menjadi
ciri khas dari batik yang mendapat sebutan batik pesisiran ini.
Tetapi meskipun memiliki potensi yang sangat besar, batik tegalan belum begitu
dikenal oleh masyarakat Tegal khususnya, serta masyarakat Indonesia
umumnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya promosi, serta kurangnya modal
untuk para pengrajin batik yang sebagian besar merupakan usaha home industry.
Di desa Bengle yang terkenal sebagai kota
batiknya tegal, yang hampir seluruh warganya bermata pencaharian sebagai
pengrajin batik hampir semuanya dalam kategori pengusaha UKM.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa masalah
yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah :
1.2.1
Apakah keistimewaan dari batik tegalan ?
1.2.2
Bagaimana proses pembuatan batik tegalan ?
1.2.3
Bagaimana pemasaran dari batik tegalan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari
penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1
Untuk mengetahui tentang keistimewaan dari batik
tegalan.
1.3.2
Untuk mengetahui tentang proses pembuatan batik
tegalan.
1.3.3
Untuk mengetahui tentang pemasaran dari batik tegalan.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang
dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.4.1
Memberikan informasi tentang keistimewaan dari batik
tegalan.
1.4.2
Memberikan informasi tentang proses pembuatan batik
tegalan.
1.4.3
Memberikan informasi tentang pemasaran dari batik
tegalan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Sekilas tentang Batik Tegalan
Batik atau kata batik berasal dari
bahasa Jawa “amba” yang mempunyai arti: “menulis” dan “titik”.
2.2. Sekilas tentang Perkembangan Batik Tegalan
Batik adalah salah satu kebudayaan
keluarga raja-raja Indonesia
zaman dulu. Sejalan dengan perkembangan nilai social dn budaya bangsa Indonesia,
batik tumbuh dan berkembang menjadi kekayaan nasional bernilai tinggi.
Sejarah perbatikan di Indonesia
berkaitan erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran
Islam di Tanah Jawa. Pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
Kerajaan Mataram, kemudian pada masa kwerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta. Kesenian ini mulai meluas di kalangan rakyat Indonesia,
khususnya suku Jawa setelah akhir abad ke-18. Batik tulis adalah yang pertama
kali dikenal, kemudian diikuti oleh batik cap yang mulai dikenal pada akhir
Perang Dunia I, sekitar 1920-an.
Pada zaman Majapahit, awalnya batik
dikerjakan terbatas di lingkungan keraton kerajaan saja. Lantas, kain batik
tersebut dipakai untuk pakaian raja, keluarga, dan para pengikutnya. Pengikut
raja pun kemudian membawa seni batik ke luar keraton. Lama-lama, batik keraton
ini ditiru oleh rakyat terdekat dan meluas menjadi pekerjaan pengisi waktu
luang para wanita. Batik yang semula hanya menjadi pakaian keluarga keraton
kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari pria dan wanita.
Bahan kain putih yang digunakan kala
itu adalah hasil tenunan sendiri. Bahan pewarnanya juga dibuat sendiri dari
tumbuh-tumbuhan asli Indonesia,
antara lain dari pohon mengkudu, tinggi, soga, dan nila. Sementara bahan
sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Pewarna
dari luar negeri baru dikenal sesudah PD I yang dijual oleh para pedagang Cina
du Mojokerto, Jawa Timur. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya pewarna
batik dari luar negeri.
Pembatikan yang dikenal sejak zaman
Majapahit menyebar pesat di Jawa Tengah, yaitu surakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Batik kemudian berkembang luas, khususnya di Pulai Jawa. Awalnya, batik hanya
sekedar hobi para keluarga raja. Kemudian masyarakat mengembangkannya menjadi
komoditi perdagangan.
Pembatikan di Yogyakarta dikenal
sejak Kerajaan Mtaram ke-I di masa Raja Panembahan Senopati. Daerah pembatikan
pertama ialah di Desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam
lingkungan keluarga keraton, yaitu istri dari abdi dalem danb tentara-tentara.
Pada masa itu, dalam upacara resmi kerajaan, keluarga keraton baik pria atau
wanita memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Rakyat yang berkunjung ke
keraton kemudia tertarik dan menirunya. Peperangan turut berperan dalam
penyebaran batik. Perang membuat banyak keluarga raja mengungsi dan menetap di
daerah baru. Batik pun menyebar antara lain ke Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon, Ponorogo, Tulungagung,
Gresik, Surabaya,
dan Madura.
Di sejumlah daerah di Jawa Tengah,
batik pun menjamur. Salah satunya di daerah Tegal. Batik Tegal dikenal dengan
nama Batik Tegalan. Di Tegal, batik dikenal pada akhir abad ke-19. Warna batik
Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu, kemudian meningkat menjadi
warna merah dan biru. Batik Tegal kala itu sudah menyebar ke luar daerah,
antara lain ke Jawa Barat yang dibawa sendiri oleh pengusahanya dengan berjalan
kaki. Para pedagang inilah yang mengembangkan
batik Tasikmalaya dan Ciamis, Jawa Barat. Produksi batik Tegalan sendiri
meliputi daerah Bengle, Langgen, Dukuhsalam, Tegalwangi, Kaladawa, dan
Pasangan. Tetapi, sentral pengrajin batik tegalan berada di Bengle, Kecamatan
Talang, Kabupaten Tegal.
2.3. Sekilas tentang Desa Bengle
Bengle merupakan sebuah desa di
kecamatan Talang, yang merupakan salah satu bagian dari kabupaten Tegal,
provinsi Jawa Tengah. Luasnya
ha. Memiliki batas-batas wilayah meliputi :
Utara : Desa Dukuh Malang
Selatan :
DesaLanggen
Barat :
Desa Setu
Timur :
Desa ini terletak dekat dari pusat
kecamatan Talang, jaraknya kurang lebih 1 km. Desa Bengle memiliki populasi
penduduk sebanyak jiwa
Di daerah ini
banyak ditemukan aliran sungai, dan sebuah waduk besar yaitu Waduk Pesayangan
yang jaraknya tidak cukup jauh dari pusat desa Bengle. Daerah ini memiliki
suasana alam yang panas karena daerah ini termasuk dataran rendah di kabupaten
Tegal dan jarang ditemukan pepohonan.
Akses transportasi menuju desa
Bengle belum cukup memadai. Karena
jarang ditemukannya angkutan umu yang berlalu lintas dari dan ke desa Bengle.
Hanya yang paling umum ditemukan yaitu becak, pengendara sepeda, dan pengendara
motor.
Bengle lebih dikenal dengan Kota
Batik. Tak heran karena para penduduk Bengle, khususnya para ibu dan remaja
putri mempunyai mata pencaharian sebagai pengrajin batik. Mereka mulai belajar
membatik sejak usia dini. Biasanya mereka mulai membatik pukul 07.00 WIB sampai
pukul 16.00 WIB, tetapi tak jarang pula mereka melanjutkan pekerjaannya itu
hingga larut malam. Mereka bekerja dari hari Senin-Sabtu, sedangkan hari Minggu
mereka gunakan untuk istirahat.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analitik. Deskriptif berarti melukiskan objek penelitian dengan cara
menyusun dan menyajikan data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Sedangkan
analitik artinya mengadakan penyelidikan atau penelitian terhadap objek yang
diteliti. Jadi, penelitian deskriptif analitik adalah penelitian yang dilakukan
dengan mengadakan penyelidikan terhadap objek penelitian,dalam hal ini adalah
pesona batik tegalan. Adapun sampel sampel penelitian ini sebanyak 35
koresponden yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan
secara purposif sampling. Purposif sampling artinya pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan, mengingat setiap unsure yang ada dalam populasi
mempunyai kesempatan atau peluang yang berbeda untuk dijadikan sampel.
3.2 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi
adalah sekelompok subjek , baik manusia, gejala, nilai tes,benda-benda ataupun
peristiwa. Populasi yang dihadapi mungkin terbatas dan mungkin pula tidak,
tergantung pada rumusan masalah penelitian yang tlah ditentukan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh koresponden di Indonesia.
b.
Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi tidak mungkinnya penyelidikan atau penelitian terhadap
seluruh populasi, maka penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan sebagian
dari populasi yakni sebuah sampel yang dapat dipandang representative terhadap
populasi tersebut.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam proses penelitian ini, penulis membutuhkan waktu
sekitar satu bulan. Proses penelitian yang kami lakukan dilaksanakan di desa
Bengle, Kecamatan Talang.
Di bawah ini adalah table yang menunjukkan proses dan
waktu penelitian yang penulis lakukan:
Tabel 3.1 Proses Penelitian
No.
|
Proses
Penelitian
|
Waktu
|
1.
|
Penentuan
tema karya tulis
|
28
Desember 2009
|
2.
|
Pengumpulan
data/sumber/referensi
|
3
-12 Januari 2010
|
3.
|
Wawancara
|
14
Januari 2010
|
4.
|
Observasi
|
17
Januari 2010
|
5.
|
Pengolahan
data
|
19-27
Januari 2010
|
Sumber : Olahan penulis, 22 Januari 2010.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data pokok atau
data utama yang diperoleh langsung dari narasumber atau responden. Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah pernyataan beberapa responden yang
diwawancarai. Sedangkan data sekunder adalah data tambahan. Sumber data
sekunder yang digunakan adalah bahan-bahan tambahan yang terdapat pada
buku-buku referensi serta sumber dari internet.
Teknik pengumpulan data dalam karya tulis ini adalah :
a.
Observasi,yaitu pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik permasalahan-permasalahanyang diselidiki.
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung dan menyimak fakta
mengenai batik tegalan di Kabupaten Tegal.
b.
Wawancara. Wawancara merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
c.
Studi Pustaka, yaitu suatu bentuk teknik
pengumpulan data yang bersumber dari sumber tertulis, baik dari surat kabar,
internet maupun buku-buku untuk dijadikan bahan penulisan.
3.5 Analisis Data
Penelitian ini
menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Yaitu :
a.
Analisis Kualitatif
Data primer yang
diperoleh dari hasil wawancarasecara kualitatif, sehingga diperoleh
interprestasi data keadaan batik tegalan di Kabupaten Tegal.
b.
Analisis Kuantitatif
Analisis ini digunakan
untuk menganalisis data primer yang telah diklasifikasikan dengan menggunakan
deskripsi presentase. Data yang telah terkumpul diteliti dan dianalisis dengan
menggunakan scoring terhadap instrument, menggunakan rumus :
P
=
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
100 = Angka satuan pembulatan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keistimewaan dari Batik Tegalan
Budaya batik merupakan warisan turun menurun yang telah berusia ratusan
tahun. Semula batik hanya dikenakan oleh keluarga raja maupun kalangan atas.
Kini, batik sudah membudaya di semua kalangan masyarakat. Bahkan UNESCO
sendiri telah menetapkan, batik sebagai salah satu warisan milik dunia.
Semula, batik
hanya didominasi Solo dan Pekalongan. Namun, seiring perjalanan waktu, motif
batik menyebar. Salah satunya yaitu batik tegalan dari Kabupaten Tegal yang
terkenal juga dengan sebutan batik pesisiran. Sama seperti dengan batik dari
daerah lain. Batik Tegalan juga ada beberapa jenis. Yaitu Batik Tulis, Batik
Cap/Cetak, dan Batik Printing.
Keistimewaan serta yang menjadi
keunikan dari batik tegalan ini terletak pada kekayaan warnanya. Selain itu,
kualitas batik itu juga dapat dilihat dari segi corak dan
pewarnaan dari batik tersebut. Di tegal sendiri terdapat banyak motif batik,
baik yang klasik maupun batik dengan sentuhan modern. Salah satu dari batik
klasikan adalah Batik Klasikan Bangjo yang didominasi dengan warna terang
seperti warna merah dan hijau banyak digunakan dalam motif. Yang termasuk dalam
motif Klasikan antara lain, motif gelaran, motif ukel merak, motif cecek kawe,
merakan. Ketiga nama tersebut merupakan isen-isen atau pengisi latar motif
batik.
Dinamakan motif gelaran karena motif
batik tersebut berbentuk seperti alas tidir yang terbuat dari bambu. Untuk
motif ukel berbentuk seperti setengah bulatan elips, sedangkan motif cecek kawe
berbentuk seperti ekor cicak. Selain itu juga terdapat motif merakan. Disebut
motif merakan karena merak yang ada dalam gambar batik tersebut merupakn simbol
dan juga harapan akan adanya keberuntungan dan kejayaan bagi pemakainya.
Disamping motif Klasikan Bangjo, Tegal juga memiliki motif batik yang mirip
batik Solo maupun Yogya. Motif tersebut bernama Klasikan Irengan. Klasikan
Irengan merupakan pendalaman motif batik Solo-Yogya yang berkembang di daerah
Tegal. Motif ini tidak mengalami perubahan semenjak dikenalkan teknik membatik
saat perjalanan Amangkurat dari Pleret ke Tegal.
Yang termasuk dalam motif Klasikan Irengan antara lain, Udan Liris yaitu
motif yang melambangkan kesuburan, Sawat Rama Putiyan,motif yang melambangkan
kegagahan bagi pemakainya. Parang yang melambangkan kekuasaan serta kewibawaan.
Sawat Candra melambangkan pemakai akan selalu mendapatkan perlindungan dalam
kehidupannya. Sido Mukti, melambangkan harapan diberikannya sifat mukti atau
bijaksana. Sedang Kawungmlinjo melambangkan harapan agar manusia selalu ingat
akan asal-usulnya, juga melambangkan empat penjuru (pemimpin harus dapat
berperan sebagai pengendali ke arah perbuatan baik). Juga melambangkan bahwa
hati nurani sebagai pusat pengendali nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia
sehingga ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia Penyebaran motif di
Kabupaten Tegal tercantum dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Motif
dan Persebaran Batik di Kabupaten Tegal
No
|
Persebaran
|
Nama Motif
|
1
|
Dukuhsalam-Slawi
|
Gribigan
|
2
|
Dukuhsalam-Slawi
|
Jahe-jahean
|
3
|
Dukuhsalam-Slawi
|
Kawunganmlinjo
|
4
|
Dukuhsalam-Slawi
|
Sidamukti
|
5
|
Dukuhsalam-Slawi
|
Udanliris
|
6
|
Dukuhsalam-Slawi
|
Ukel Witwitan
|
7
|
Pagiyanten-Adiwerna
|
Kopi Pecah
|
8
|
Pagiyanten-Adiwerna
|
Parang
|
9
|
Pagiyanten-Adiwerna
|
Parang Angkik
|
10
|
Pagiyanten-Adiwerna
|
Putihan
|
11
|
Pagiyanten-Adiwerna
|
Sawat Candra
|
Selain keunikan dari segi motif dan
coraknya, batik tegalan juga memiliki keunikan dalam segi pembuatannya, yang
tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain yang akan dibahas dalam proses
pembuatan batik tegalan.
4.2 Proses Pembuatan Batik Tegalan
Proses produksi atau pembuatan kain batik batik khas Kabupaten Tegal sama
seperti proses produksi kain batik di daerah lain. Perbedaannya hanya pada
corak dan warna dominan saja. Bahan-bahan yang digunakan untuk membatik pada
zaman dulu banyak menggunakan bahan alam jadi sifatnya alami. Bahan pewarna alami
yang biasanya dipakai untuk membatik adalah kulit kayu, seperti kulit kayu
soga, tingi, tegeran, dan lain-lain. Demikian pula dengan jenis kain yang
digunakan juga bahan alami seperti kain mori. Masyarakat Jawa zaman dahulu
belum mengenal bahan-bahan kimia untuk membuat batik. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, pembuatan batik mengalami perubahan yang drastic, baik dari
sisi keanekaragaman kain (seperti sintesis, katun), bahan pewarna, atau
bahan-bahan lainnya.
Batik tulis yang dibuat secara
manual oleh masyarakat Jawa sering kali disebut batik batik tradisional.
Pembuatannya memakan waktu cukup lama antara satu hingga dua bulan untuk
selembar kain batik. Proses yang sangat lama tersebut, karena segala tahap
dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin, mulai dari pembuatan pola,
mbironi, nyoga, hingga jadi. Tahapan-tahapan membuat batik tradisional tidak
kurang dari 11 proses. Berikut langkah-langkah membuat batik tradisional khas
Tegal :
I. Ngetel
Maksudnya adalah menghilangkan kotoran dan kanji pabrik
yang terdapat pada kain mori yang baru. Kanji pabrik yang menempel pada kain
mori menyebabkan kain menjadi kaku dan licin bila disetrika.
II.
Nganji
Pada tahap ini setelah kain selesai dicuci, lalu kain
dikanji tipis dengan tapioka hingga kering. Hal ini dimaksudkan untuk
melicinkan dan memegang benang agar tidak bergoyang. Selain itu juga untuk
mempermudah pelepasan lilin klowong dan tembokan.
Sebelum ditulis, biasanya mori dicuci terlebih dahulu
dengan air hingga kanji aslinya hilang dan bersih, kemudian di kanji lagi.
Motif batik harus dilapisi dengan kanji dengan ketebalan tertentu, jika terlalu
tebal nantinya malam kurang baik melekatnya dan jika terlalu tipis maka
akibatnya malam akan “mblobor” yang nantinya akan sulit dihilangkan. Mori
dengan kualitas tertinggi tidak perlu di kanji lagi, karena ketebalan kanjinya
sudah memenuhi syarat.
III. Ngemplong
Proses ini untuk menghaluskan kain yang akan digambari
dengan lilin (diklowong). Beberapa lembar kain yang telah di kanji digulung
erat-erat lalu dipukul-pukul sampai licin dan halus dengan pemukul kayu
berserat halus. Begitu pula dengan alasnya juga terbuat dari kayu berserat
halus. Proses ketiga ini tidak bisa diganti dengan cara disetrika, karena pada
proses disetrika, tidak bisa melekatkan benang-benang dengan lurus.
Biasanya hanya mori yang halus yang perlu dikemplong
terlebih dahulu sebelum dibatik. Mori biru untuk batik cap biasanya bisa
langsung dikerjakan tanpa dilakukan pekerjaan persiapan. Tujuan dari ngemplong
ialah agar mori menjadi licin dan licin. Untuk maksud ini mori ditaruh diatas
sebilah kayu dan dipukul-pukul secara teratur oleh pemukul kayu pula. Mori yang
dikemplong akan lebih mudah dibatik sehingga hasilnya lebih baik.
IV. Nglowong
Pada tahap ini kain digambari dengan
lilin, baik dengan menggunakan canting tangan atau menggunakan cap atau stempel
manual (yang sudah agak maju). Sifat dari lilin yang digunakan dalam proses ini
harus cukup kuat dan renyah supaya lilin mudah dilepaskan dengan cara dikerok.
Sebab bekas gambar lilin ini nantinya akan ditempati oleh warna coklat.
Selesai diklemplong mori sudah siap
untuk dikerjakan. Teknik pembuatan batik terdiri dari pekerjaan utama, dimulai
dari pekerjaan utama, dimulai dengan nglowong ialah membatik motif-motifnya
diatas mori dengan mengguanakan canting
Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai
dilanjutkan dengan Nerusi pada
sebelah lainnya.
V. Nembok
Proses kelima ini hampir sama dengan
proses keempat yakni Nglowong. Bedanya lilin yang digunakan harus lebih kuat
karena lilin ini dimaksudkan untuk menahan zat warna biru (indigo) dan coklat
(soga) agar tidak menembus lain.
Sebelum dicelup kedalam zat pewarna,
bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih harus ditutup dengan malam.
Lapisan malam ini ibaratnya tembok
untuk menahan zat pewarna agar jangan merembes kebagian yang tertutup malam.
Oleh karena itu pekerjaan ini disebut menembok, jika ada perembesan karena
temboknya kurang kuat maka bagian yang seharusnya putih akan tampak jalur-jalur
berwarna yang akan mengurangi keindahan batik tersebut. Itulah sebabnya malam
temboknya harus kuat dan ulet, lain dengan malam
klowong yang justru tidak boleh terlalu ulet mudah dikerok.
VI.
Wedelan/Celepan/Medel.
Yaitu memberi warna biru pada kain
yang telah memasuki proses Nembok dengan menggunakan indigo yang disesuaikan
dengan tingkat warna yang dikehendaki. Jaman dulu pekerjaan ini memakan waktu
berhari-berhari karena menggunakan bahan pewarna indigo (tom). Zat pewarna ini sangat lambat menyerap dalam kain
mori sehingga harus dilakukan berulang kali, kini dengan bahan warna modern
bisa dilakukan dengan cepat.
VII. Ngerok
Yaitu menghilangkan lilin klowongan
untuk tempat warna coklat dengan alat cawuk (terbuat dari lempengan seng yang
ditajamkan ujungnya). Bagian yang akan di soga agar berwarna coklat, dikerok
dengan cawuk ( semacam pisau tumpul
dibuat dari seng) untuk menghilangkan malamnya.
VIII. Mbironi
Pekerjaan berikutnya adalah mbironi,
yang terdiri dari penutupan dengan malam bagian-bagian kain yang tetap
diharapkan berwarna biru, sedangkan bagian yang akan di soga tetap terbuka.
Pekerjaan mbironi ini dikerjakan didua sisi kain.
Pada tahapan ini kain yang telah
selesai dikerok pada bagian-bagian yang diinginkan tetap berwarna biru dan
putih (cecekan/titik-titik) perlu ditutup lilin dengan menggunakan canting
tulis. Maksudnya agar bagian tersebut tidak kemasukan warna lain apabila
disoga.
IX. Nyoga
Kain yang telah selesai dibironi
lalu diberi warna coklat (disoga) dengan ekstrak pewarna yang terbuat dari
kulit kayu soga, tingi, tegeran, atau lainnya. Kain tersebut dicelup dalam bak
pewarna hingga basah seluruhnya. Setelah itu kain dikeringkan. Proses ini
diulang-ulang sampai mendapatkan warna coklat yang diinginkan.
Menyoga merupakan proses yang banyak
memakan waktu, karena mencelupkan kedalam soga. Jika menggunakan soga alam,
tidak cukup hanya satu dua kali saja, harus berulang. Tiap kali pencelupan
harus dikeringkan diudara terbuka. Dengan menggunakan soga sintesis maka proses
ini bisa diperpendek hanya setengah jam saja. Istilah menyoga diambil dari kata
pohon tertentu yang kulit pohonnya menghasilkan warna soga (coklat) bila direndam dalam air.
X. Ngareni
Proses Ngareni, kain yang telah
berwarna coklat kemudian difiksir/disareni dengan larutan air kapur. Kain
dicelupkan dalam bak air kapur hingga seluruhnya basah. Setelah ditiris, kain
dicelup lagi dalam air ekstrak kayu tegeran, kembangsan, dan lain-lain. Pada
proses ini untuk membersihkan seluruh lilin yang masih ada di kain dengan cara
dimasak dalam air mendidih, ditambah air tapioka encer agar tidak melekat
kembali ke kain.
XI.
Mbabar/Nglorot
Setelah mendapat warna yang
dikehendaki, maka kain harus mengalami proses pengerjaan lagi yaitu malam yang
masih ketinggalan di mori harus dihilangkan, caranya dengan dimasukkan ke dalam
air mendidih yang disebut nglorot.
4.3 Pemasaran Batik Tegalan
Meskipun batik tegalan tidak kalah
dengan batik dari daerah lain dalam segi motif dan corak, namun dalam hal
promosi dan pemasaran, batik tegalan sangat tidak maksimal dibandingkan dengan
daerah lain seperti Pekalongan dan Solo yang sudah terkenal sampai ke
mancanegara. Hal ini disebabkan karena kurangnya media promosi untuk
memperkenalkan batik tegalan.
Hal ini terbukti dari penelitian
yang dilakukan oleh penulis terhadap 30 koresponden dari seluruh Indonesia, yang
menunjukkan sebagian besar dari koresponden yang diambil datanya melalui
kuisioner tidak mengetahui tentang batik tegalan. Bahkan orang tegal sendiri
juga tidak tahu kalau tegal memiliki batik.
Meskipun sebenarnya sudah banyak
upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Tegal untuk memperkenalkan batik
tegalan. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah yaitu :
§
Penggunaan Wajib Batik bagi PNS
Pemerintah kabupaten Tegal telah mewajibkan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) untuk memakai batik setiap hari Kamis sejak 2003. Hal ini
bertujuan agar penjualan batik tegalan meningkat di lingkup kabupaten Tegal.
§
Pameran Batik Tegalan
Dalam pameran ini, pemerintah mengikutsertakan
designer-designer untuk membuat baju dari batik tegalan yang akan dikenakan
oleh para model dalam acara Fashion Show. Selain Fashion Show, dalam pameran
ini, pemerintah juga memperkenalkan motif-motif batik tegalan yang beraneka
ragam yang didominasi warna terang. Promosi ini sudah dilakukan pemerintah
Kabupaten Tegal di 10 provinsi di Indonesia.
§
Penggunaan Batik di Event Penting
Selain hari kamis, penggunaan batik tegalan juga
diwajibkan saat-saat program pariwisata serta dalam acara-acara penting.
Seperti upacara-upacara peringatan hari-hari nasional.
§
Pembentukan DEKRANASDA
Dekranasda adalah suatu wadah yang disediakan
pemerintah untuk para pengrajin batik dalam hal pendistribusian. Pemerintah
akan membantu pendistribusian batik dari para pengrajin yang sulit mencari
calon pembeli. Pembentukan Dekranasda
sangat berguna bagi para pengrajin batik, khususnya pengrajin dalam kategori
UKM.
Dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah tersebut
menunjukkan bahwa pemerintah telah serius dalam upaya memasarkan batik tegalan.
Meskipun begitu, banyak pula kendala yang dialami oleh pengrajin, penjual serta
pemerintah untuk memperkenalkan natik tegalan jauh lagi. Kendala itu meliputi :
§
Produksi Batik Tegalan
Melemahnya proses bati tegalan merupakan salah satu
kendala yang dialami perajin batik. Hal ini disebabkan karena kurangnya
antusias dari generasi muda untuk menjadi pengrajin batik. Desa bengle yang
hampir semua keluarga sebagai pengrajin batik dilakukan oleh ibu-ibu serta
perempuan muda yang sudah memiliki anak. Sedangkan remaja putri lebih banyak merantau
ke Jakarta
bekerja di Warteg yang memiliki penghasilan yang tetap. Sedangkan remaja putra
juga sedikit yang bekerja sebagai pengrajin batik. Kebanyakan dari mereka
bekerja di ibukota mengharapkan pekerjaan yang lebih baik. Hal ini bisa
berakibat kurang antusias generasi muda untuk melestarikan batik tegalan yang
sekaligus juga memperkecil proses produksi.
§
Kurangnya Modal
Kendala utama yang dialami pengrajin batik yaitu
masalah modal. Banyak dari mereka yang mengeluhkan akan biaya produksi yang
tidak sebanding dengan biaya penjualan. Serta kurangnya perhatian dari
pemerintah untuk pengrajin dalam hal permodalan. Pengrajin batik di desa Bengle
sendiri lebih banyak bekerja di bawah seorang tengkulak. Mereka mendapatkan
kain mori serta bahan lain dari tengkulak. Kemudian mereka mengerjakan proses
membatik. Setiap bulan mereka menyetor hasil mereka kepada tengkulak dengan
system bagi dua. Setiap pengrajin di desa bengle dapat memproduksi sebanyak 10
batik tulis perbulan.
Meskipun pemerintah telah memberikan modal, namun
modal itu dianggap terlalu kecil. Junlah modal UKM yang telah diberikan
pemerintah untuk pengrajin tidak sebanding dengan jumlah pengrajin. Sehingga
hal ini juga menyebabkan kurang proses produksi batik tegalan.
§
Kurangnya Kepedulian Remaja
Remaja yang merupakan generasi penerus cenderung untuk
tidak memakai batik, khususnya remaja Kabupaten Tegal yang enggan memakai batik
tegalan. Hal ini disebabkan karena alas an remaja yang dianggap kuno jika
memakai batik. Padahal pemerintah sudah menvariasikan batik sesuai mode remaja
saat ini. Sehingga penyuluhan tentang batik tegalan terhadap remaja sangatlah
dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa cinta memakai serta memiliki batik tegalan
yang saat ini terancam kehilangan generasi.
Itulah yang menjadi kendala pemerintah untuk
mempromosikan batik tegalan ke masyarakat umum. Dalam tabel 4.2 tertulis
pemasaran batik tegalan di Kabupaten Tegal.
Tabel 4.2 Pemasaran Batik khas Kabupaten Tegal
No
|
Nama
|
Kapasitas per
bulan ( buah )
|
Pemasaran
|
1
|
KUB Kembang
Manggar ( Inah )
|
4
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
2
|
Pengrajin
Mandiri Dalam KUB Kembang Manggar
|
2-4
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
2-4
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
2-4
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
2-4
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
3
|
Pengrajin
Mandiri dil luar KUB Kembang Manggar
|
1
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
2-4
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
2-4
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
4
|
Kunah
|
160
|
Toko-toko di
Slawi, Banjaran, Tegal.
|
5
|
Sunarti
|
25
|
Ibu Kunah
|
6
|
Mak Irah
|
25
|
Ibu Kunah
|
7
|
Warti
|
10
|
Ibu Kunah
|
8
|
Tiol
|
50
|
Ibu Kunah
|
9
|
Raswi
|
25
|
Toko-toko di
Slawi, Banjaran, Tegal.
|
10
|
Surip
|
50
|
Toko-toko di
Slawi, Banjaran, Tegal.
|
11
|
Pengrajin
Buruh ( Surip )
|
15
|
Ibu Kunah
|
12
|
Pengrajin
Mandiri ( Surip )
|
2
|
Di desa dan
Luar Desa Pasangan
|
2
|
Di desa dan
Luar Desa Dukuhsalam
|
13
|
Marwah
|
20
|
Di desa,
toko-toko di Slawi, Banjaran, Tegal, Pasangan, Bengle.
|
14
|
Marwah
|
20-25
|
Di desa,
toko-toko di Slawi, Banjaran, Tegal, Pasangan, Bengle.
|
15
|
Pengrajin
Buruh ( Marwah )
|
1-4
|
Setu, Bengle,
Pasangan, Langgen.
|
Selain itu juga terdapat klaster-klaster batik di
Kabupaten Tegal.
Tabel 4.3 Klaster Batik khas Kabupaten Tegal
Desa
|
Profil
|
Jumlah
|
Nama
|
Alamat
|
RT
|
RW
|
Dukuhsalam-Kec.
Slawi
|
Pengepul
|
1
|
KUB Kembang
Manggar ( Inah )
|
3
|
4
|
Pengrajin
mandiri dalam KUB
|
3
|
KUB Kembang
Manggar ( Inah )
|
3
|
2
|
4
|
4
|
2
|
10
|
2
|
4
|
10
|
3
|
4
|
Pengrajin
mandiri luar KUB
|
1
|
KUB Kembang
Manggar ( Inah )
|
|
1
|
5
|
|
3
|
30
|
|
4
|
Pagiyanten-Kec.
Adiwerna
|
Pengepul
|
7
|
Kunah
|
22
|
6
|
Sunarti
|
22
|
6
|
Mak Irah
|
22
|
6
|
Warti
|
22
|
6
|
Tiol
|
22
|
6
|
Raswi
|
22
|
6
|
Surip
|
22
|
6
|
Pengrajin
buruh
|
30
|
|
22
|
6
|
Pengrajin
Mandiri
|
1
|
|
5
|
1
|
4
|
|
4
|
1
|
Setu-Kec.
Tarub
|
Pengepul
|
2
|
Marwah
|
2
|
2
|
Marwah
|
3
|
2
|
Pengrajin
buruh
|
5
|
|
2
|
2
|
Juga terdapat Mekanisme
Plasma pada klaster yang tercantum dalam tabel
Tabel 4.4 Mekanisme Plasma pada Klaster Batik khas kabupaten Tegal
Profil
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah Tenaga
Kerja
|
Mekanisme
kerja
|
Pengepul KUB
|
1
|
KUB Kembang
Manggar (Inah)
|
4
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Pengrajin
mandiri dalam KUB
|
3
|
|
|
Menjual Kain
Batik
|
4
|
Menjual Kain
Batik
|
10
|
Menjual Kain
Batik
|
10
|
Menjual Kain
Batik
|
Pengrajin
mandiri di luar KUB
|
1
|
|
Menjual Kain
Batik
|
5
|
Menjual Kain
Batik
|
30
|
Menjual Kain
Batik
|
Pengepul
|
7
|
Kunah
|
20
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Sunarti
|
10
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Mak Irah
|
10
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Warti
|
5
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Tiol
|
20
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Raswi
|
10
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Surip
|
20
|
Meminjamkan
Mori dan membeli Mori yang sudah dicanting
|
Pengrajin
buruh
|
30
|
|
|
Menjual mori
pinjaman yang sudah dicanting
|
Pengrajin
Mandiri
|
1
|
|
|
Menjual kain
batik
|
4
|
Menjual kain
batik
|
Pengepul
|
2
|
Marwah
|
1
|
Membeli kain
batik yang sudah jadi
|
Marwah
|
20
|
Membeli Mori
yang sudah dicanting
|
Pengrajin
buruh
|
5
|
|
|
Menjual kain
Mori yang sudah dicanting
|
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian yang telah penulis paparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)
Batik Tegalan mempunyai keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh batik dari daerah lain.
2)
Batik Tegalan dalam proses pembuatannya mempunyai keunikan
disbanding batik lain, yaitu adanya proses Ngetel, Nganji, Ngemplong, Nembok,
Wedelan/Celepan/Medel, Ngerok, Mbironi, Nyoga, Ngareni, dan Mbabar/Nglorot
3)
Pemasaran Batik Tegalan dikendalai karena promosi serta
pendistribusian yang kurang maksimal.
5.2 Saran
Adapun
saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1)
Warga Tegal harus lebih mengenal batik Tegalan
2)
Pemerintah lebih peduli lagi terhadap pengrajin batik
Tegalan.
3)
Harga jual dari batik Tegalan harus sesuai dengan modal
PEMERINTAH
KABUPATEN TEGAL
DINAS
PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA
UPTD SMA NEGERI 1 SLAWI
Jalam KH. Wahid Hasyim 1 Kotak Pos6 Telp. (02830
491164
3317173 Slawi 52415
SURAT KETERANGAN
Kepala UPTD SMA
Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal menerangkan dengan sesungguhnya bahwa Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Pesona Pancaran Batik Tegalan” yang ditulis oleh :
Nama : Dwi Putri Sabariasih
NIS : 0813492
Nama : Irma Prastika
NIS : 0813688
Nama : Irwan Suswandi
NIS : 0813725
Nama :
Rima Auly Ismalia
NIS : 0813509
Nama : Susi Kurniati
NIS : 0813543
Merupakan hasil karya penelitian
dan benar-benar karya sendiri.
Demikian
surat keterangan ini diberikan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Slawi,
27 Januari 2010
Kepala UPTD
SMA Negeri 1 Slawi
Sr
Rejekiningsih, M.pd
NIP.
PEMERINTAH
KABUPATEN TEGAL
DINAS
PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA
UPTD SMA NEGERI 1 SLAWI
Jalam KH. Wahid Hasyim 1 Kotak Pos6 Telp. (02830
491164
3317173 Slawi 52415
Slawi, 25 Januari 2010
Nomor :
Perihal : Peminjaman Data
dan Wawancara
Dengan
Hormat,
Perlu
kami sampaikan bahwa beberapa siswa kami yang tergabung dalam Kelompok Karya
Ilmiah Remaja bermaksud menulis mengenai Batik Tegalan di Kabupaten Tegal.
Terkait dengan hal tersebut kami mohon kiranya Bapak Ibu berkenan untuk
meminjamkan data-data dan bersedia diwawancarai.
Demikian
surat ini kami sampaikan atas perhatian Bapak Ibu kami sampaikan terima kasih.
Kepala UPTD SMA Negeri 1 Slawi
Sri Rejekiningsih, M.Pd
NIP
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tegal.2009. Kebudayaan Kabupaten Tegal. Tegal : Departemen
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tegal.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Dwi Putri
Sabariasih
Tempat/tanggal lahir : Tegal, 25-11-1993
NIS : 0813492
Alamat : Jl. Simpang 3 Sumbaga-Sokasari,
Bumijawa Tegal
No. Telp/HP : 085642884750
2. Nama : Irma Prastika
Tempat/tanggal lahir : Tegal, 13-10-1993
NIS :
0813688
Alamat : Perum Griya
Praja Mukti blok E No. 22 Kalisapu, Slawi, Tegal
No. Telp/HP : (0283)6197578
3. Nama : Irwan
Suswandi
Tempat/tanggal lahir : Tegal, 07-07-1993
NIS :
0813725
Alamat : Jl.H. Nahrawi Rt
03/IV No.67 Timbangreja, Lebaksiu, Tegal.
No. Telp/HP : 085742724493
4. Nama : Rima Auly
Ismalia
Tempat/tanggal lahir : Tegal, 01-06-1993
NIS : 0813509
Alamat : Pangkah
No. Telp/HP : 085742869519
5. Nama : Susi Kurniati
Tempat/tanggal lahir : Tegal, 06-09-1992
NIS : 0813543
Alamat : Pesarean, Pagerbarang, Tegal.
No. Telp/HP : 085642813956