LAPORAN
OBSERVASI TUNAGRAHITA
YAYASAN
PELAYANAN PENYANDANG CACAT GANDA
“
BINA SEJAHTERA “ SURAKARTA
SLB-C.G
BINA SEJAHTERA KARANGANYAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd
DISUSUN
OLEH:
1.
Bariqul
Amalia Nisa (K2311011)
2.
Dwi
Putri Sabariasih (K2311022)
PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan
kebutuhan setiap manusia untuk menjamin
keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat dan untuk mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran atau
cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu
seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan
salah satu tujuan negara Indonesia.
Penyandang tunanetra merupakan individu yang memiliki hak yang sama seperti
individu normal di dalam pendidikan. Hak mereka tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 11 yang
berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan untuk mendapat pendidikan
pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai jenis dan derajat kecacatan,
sedangkan pasal 12 menekankan bahwa setiap lembaga pendidikan memberikan
kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta
didik pada satuan, jalur, jenis dan pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatannya serta kemampuannya. Dengan demikian hak para penyandang cacat
termasuk para penyandang tunarungu memperoleh kesempatan yang sama dalam
pendidikan dan hal tersebut dijamin oleh undang-undang.
Pentingnya pemberian pendidikan khusus bagi anak yang mengalami hambatan
penglihatan di Indonesia masih sangat kurang usaha dan antusiasnya. Hal ini
terlihat pada kesadaran sebagian besar para orangtua yang belum memberikan
pendidikan yang baik kepada anaknya yang mengalami hambatan dalam penglihatan.
Pentingnya pendidikan dini di keluarga berdampak pada kondisi anak saat masuk
ke lingkungan sekolah. Apabila orangtua sejak dini sudah memberikan pendidikan,
kondisi anak ketika masuk sekolah tidak begitu buruk. Namun bagi orangtua yang
belum memberikan pendidikan bagi anaknya hal ini bisa dilihat dari kondisi anak
saat memasuki bangku sekolah yang mengalami kesulitan. Anak dalam keadaan tidak
tahu tentang dirinya yaitu bahwa dirinya mengalami hambatan dalam penglihatan.
Kurangnya sikap menerima dan ikhlas dari orangtua juga ikut mewarnai
pendidikan bagi anak tunanetra. Sikap tidak mau menerima dengan kenyataan yang
ada membuat kondisi anak semakin menarik diri. Ini jelas mengganggu
perkembangan psikologisnya. Anak yang memiliki sejuta potensi terancam tidak
bisa dikembangkan dengan maksimal.
Untuk itu mulailah menumbuhkan kesadaran bahwa anak tunanetra juga berhak
untuk mendapatkan pendidikan yang layak, memiliki kebutuhan untuk bisa diterima
di dalam masyarakat dengan keterbatasan yang ada serta perlunya dukungan secara
moril untuk perkembangan mental anak tunanetra supaya memiliki kepercayaan diri
terhadap potensi yang dimilikinya. Perlu juga mengubah paradigma lama tentang
anak tunanetra bahwa anak tunanetra tidak mampu untuk hidup mandiri. Yang
terpenting adalah sikap orangtua untuk menerima dengan ikhlas kondisi
keterbatasan pada anak.
Pada kesempatan ini dilakukan
observasi anak tunanetra di SMK Negeri 8 Surakarta. Dimana sekolah tersebut
merupakan sekolah inklusi yang
menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK).
BAB
II
ISI
2.1 PELAKSANAAN
OBSERVASI
Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 20
April 2013 bertempat di SLB-C.G BINA SEJAHTERA
Karanganyar. Kami berangkat pada
pukul 08.300 WIB dan berakhir melakukan observasi pada pukul 11.45 WIB. SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar
beralamat di Pancuran, Selokaton Kec. Gondangrejo Kota Karanganyar. Kami kesana dengan mengendarai sepeda motor. Sesampai
disana kami disambut langsung oleh Bapak Ibu yayasan dan siswa siswi ABK. Kemudian kami diarahkan untuk masuk ke ruang
serbaguna dan disuguhkan penampilan music yang disajikan oleh anak ABK bersama
Bapak Mukhidi yang merupakan Kepala sekolah SLB-C.G BINA SEJAHTERA
Karanganyar. Kemudian
acara observasi di awali dengan penyampaian maksud dan tujuan kami datang ke SLB-C.G
BINA SEJAHTERA Karanganyar , dilanjutkan dengan sambutan dan penjelasan
dari kepala yayasan dan kepala sekolah. Tidak lupa ada acara tanya
jawab dengan beliau.
Setelah
itu kami mewawancarai Ibu Utamiyanti yaitu salah seorang guru yang mengampu
kelas Pink. Dilanjutkan dengan observasi anak ABK, khusunya ABK Tunagrahita.
Kami tidak mewawancarai siswa siswi ABK Tunagrahita secara langsung tapi kami
mengeamati kegiatan mereka selama di sekolah.
2.2 identitas sekolah
Nama Sekolah :
SLB-C.G BINA SEJAHTERA KARANGANYAR
Alamat Sekolah : Pancuran, Selokaton
Kecamatan : Gondangrejo
Kota :
Karanganyar
Kode Pos :
57126
Telpon / Fax :
(0271)7083720 / (0271) 853148
NSS :
802031313048
NIS :
28001
NPSN : -
Ijin Operasional Sekolah :
425.1 / 0021539
Tahun Operasional Sekolah :
B +
Status tanah :
HAK MILIK
Luas tanah : 1600 M²
Status bangunan :
PERMANEN
Nama Yayasan :
YAYASAN PELAYANAN PENYANDANG
CACAT GANDA BINA SEJAHTERA
SIP (Surat Ijin Pendirian) :
98/1995.TGL : 29 JUNI 1995
Alamat Yayasan : Jl. Kalingga VII /
24 Banyuagung RT.02/II
Kadipiro Banjarsari Surakarta
Jumlah Guru / Pendidik dan Tenaga Kependidikan :
a.
Guru Negeri DPK : 1 Orang
b.
Guru Tetap Yayasan : 8 Orang
c.
Guru CPNS : -
d.
Karyawan : 1 Orang
Jumlah Siswa dalam 3 tahun terakhir
Jumlah Siswa TKLB : -
|
||||
Tahun Ajaran
|
P
1
|
P
2
|
||
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
|
2009/2010
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2010/2011
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2011/2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah Siswa SDLB
: 54 anak
|
||||||||||||
Tahun Ajaran
|
Kelas 1
|
Kelas 2
|
Kelas 3
|
Kelas 4
|
Kelas 5
|
Kelas 6
|
||||||
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
|
2009/2010
|
5
|
1
|
6
|
1
|
6
|
1
|
5
|
1
|
7
|
1
|
2
|
1
|
2010/2011
|
8
|
1
|
9
|
1
|
10
|
1
|
9
|
1
|
10
|
1
|
6
|
1
|
2011/2012
|
7
|
1
|
10
|
1
|
11
|
1
|
7
|
1
|
7
|
1
|
12
|
1
|
Jumlah Siswa
SMPLB : -
anak
|
23. Kelas SMA LB : - anak
|
||||||||||||
Tahun Ajaran
|
Kelas 7
|
Kelas 8
|
Kelas 9
|
Kelas 10
|
Kelas 11
|
Kelas 12
|
|||||||
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
J.Sw
|
J.Rb
|
||
2009/2010
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2010/2011
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2011/2012
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Keadaan Guru
GURU NEGERI
|
GR.CPNS
|
GR.WB
|
KARYAWAN
|
KETERANGAN
|
1
|
-
|
8
|
1
|
RUANG
KELAS TKLB
|
KEBUTUHAN
|
KETERANGAN
|
||
DIBUTUHKAN
|
YANG ADA
|
KURANG
|
||
P1
P2
|
1
|
-
|
1
|
|
1
|
-
|
1
|
||
KELAS SDLB
|
DIBUTUHKAN
|
YANG ADA
|
KURANG
|
KETERANGAN
|
1
|
1
|
1
|
-
|
|
2
|
1
|
1
|
-
|
|
3
|
1
|
1
|
-
|
|
4
|
1
|
1
|
-
|
|
5
|
1
|
1
|
-
|
|
6
|
1
|
1
|
-
|
|
JUMLAH
|
6
|
6
|
-
|
|
KELAS SMPLB
|
DIBUTUHKAN
|
YANG ADA
|
KURANG
|
KETERANGAN
|
7
|
1
|
-
|
1
|
|
8
|
1
|
-
|
1
|
|
9
|
1
|
-
|
1
|
|
JUMLAH
|
3
|
-
|
3
|
|
RUANG
KELAS SMALB
|
DIBUTUHKAN
|
YANG ADA
|
KURANG
|
KETERANGAN
|
10
|
1
|
-
|
1
|
|
11
|
1
|
-
|
1
|
|
12
|
1
|
-
|
1
|
|
JUMLAH
|
3
|
-
|
3
|
2.3 HASIL
OBSERVASI
a. Ketua
Yayasan
Ketua
Yayasan SLB-C.G
Bina
Sejahtera Karanganyar yang kami wawancarai bernama Bapak
Drs. W. Budiarsono. Menurut penuturan Bapak Drs. W. Budiarsono Yayasan Pelayanan Penyandang Cacat Ganda “Bina
Sejahtera” Surakarta ini merupakan lembaga
non pemerintahan yang bergerak pada layanan sosial yang melayani penyandang
cacat ganda yang didirikan pada 29
Juni
1995 dengan surat ijin pendirian no 98 tahun 1995. Pendirian yayasan pada tahun 1995 ini berpacu pada data
statistik dengan 3,11% dari penduduk yang tersebar di kabupaten Kota Jawa
Tengah menderita kecacatan dan karena belum adanya yayasan cacat ganda satupun
yang didirikan. Namun pada tahun 1998 yayasan ini sempat mendapat perhatian,
bantuan dan donatur dari Belanda hingga tahun 2010.
Menurut Bapak Drs. W. Budiarsono pelayanan yang
diberikan di yayasan ini meliputi asrama, SLB, kebutuhan hidup, makanan, kesehatan.
Untuk pelayanan asrama bagi para
penyandang cacat ganda dikhususkan berumur 7-35 tahun. Karena penyandang cacat ganda sulit untuk
didiagnosis maka dibutuhkan bimbingan atau pelayanan khusus kesehatan seperti
halnya pengawasan ketika mandi. Karena ketika tidak adanya pengawasan , penyandang
cacat ganda ini cenderung akan memakan
sabun, odol dan menghabiskan air 1 bak.
Pelayanan
pendidikannya terdapat dua sekolah yakni SLB-C.G Bina Sejahtera Surakarta dan
SLB-C. G YPPCG Mojosongo. Sedangkan untuk pelayanan psikologi dan terapi ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan. Di sini fisioterapi dilakukan 2
kali seminggu dari pihak luar yayasan karena belum adanya tenaga kerja yang
tetap. Pelayanan yang terakhir adalah deteksi dini dan motivasi yakni
memberikan pengetahuan umum tentang cacat ganda pada orang tua.
Yayasan ini
memiliki 3 struktur komponen yakni pembina (mebuat visi dan misi),
pengurus(menjalankan visi dan misi), dan pengawas(mengawasi visi dan misi).
Kendala pada yayasan ini adalah banyak anak tuna grahita yang orang tuanya
masih hidup namun kebanyakan dari pihak orang tua tidak menerima, inginnya
ditaruh disini padahal di luar sana banyak pihak orang tua juga yang mengantri
untuk menaruh anakanya di yayasan ini.
b. Kepala Sekolah
Kepala
Sekolah Yayasan SLB-C.G Bina Sejahtera Karanganyar yang kami wawancarai bernama Bapak
Mukidi, S. Pd. Menurut penuturan Bapak Mukidi, S. Pd Kurikulum yang digunakan pada yayasan ini meliputi
kurikulum fungsional alamiah(KTSP disederhanakan lagi) yakni dengan tiap-tiap
anak mempunyai tinjauan atau pendekatan sendiri-sendiri. Selain itu disusun
program seperti yang masih punya orang tua dirumbuk sama orang tua.
Menurut Bapak
Mukidi, S. Pd . faktor penyebab
seseorang mengalami tunagrahita antara lain: penyebab sebelum lahir seperti ibu
mengandung yang salah minum obat, kecelakaan, perkawinan sedarah, yang kedua penyebab
saat lahir seperti proses kelahiran lama, alat bantu yang tidak steril,
sehingga menyebabkan kondisi otaknya terganggu. Dan yang terakhrir penyebab
setelah lahir seperti salah minum obat, kecelakaan.
Penggolongan
cacat ganda meliputi penggolongan cacat ganda ringan, sedang, dan berat.
Penggolongan cacat ganda ini merupakan penggolongan cacat ganda dengan tunagrahita.
Grahita dan netra cenderung nalarnya dibawah rata-rata normal. Cacat ganda
ringan IQ sekitar 50-70 mampu didik, cacat ganda sedang IQ sekitar 30-50 mampu
latih, dan cacat ganda berat IQ 0-30 (idiot) mampu rawat.
Media pembelajaran yang digunakan pada
pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan pada
pendidikan anak biasa sama seperti
sekolah pada umumnya. Hanya saja pendidikan anak tunagrahita
membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak mengingat
keterbatasan kecerdasan intelektual. Ada yang buatan dari pabrik(tidak sekali pakai: peta timbul). Tetapi itu
semua kembali juga kepada kreativitas para pendidiknya. Media pembelajarannya umumnya mutlak yakni walaupun sesederhana
materi yang diajarkan sangat perlu dibutuhkan media pembelajaran. Sedangkan di
sini musik digunakan sebagai media terapi untuk penyandang cacat ganda
tunagrahita.
Pada pembelajaran
ipa, ipa yang diajarkan sangat sederhana, namun kebanyakan yang sudah diajarkan
butuh pengulangan pengajaran kembali karena keterbatasan pemikiran mereka.
Pada uumnya cara
untuk mencari kelas yakni dengan menggunakan warna jendela dibuat berbeda-beda.
Kondisi kelas tidak jauh berbeda dengan kelas umum. Tiap kelas terdiri dari 5-8
anak dan maksimalnya 13 anak. Untuk warna jendela ditentukan bukan karena
kesamaan atas umur kalender tetapi atas umur mental mereka. Pengelompokan ini
untuk memudahkan pembelajaran
Penjejangan
masih setara dengan anak-anak SD. Dan kebanyakan lulusannya tetap dititipkan di
sini.
Proses evaluasi
di yayasan ini menuntut kegiatan praktek dan menggunakan raport 2 versi yakni raport
seperti anak TK yang berisi kemampuan
bahasa, sosialisasi, dll. Dan raport dalam bentuk semacam grafik. Selai itu
menggunakan skor anak yang bisa melakuakn kegiatan tertentu seperti halnya 75%
bantuan memperoleh skor 1 dan dengan 25%
bantuan memperoleh skor 2.
c. Guru
Kelompok PINK
Guru
kelompok PINK SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar yang kami
wawancarai bernama Ibu Utamiyanti. Beliau adalah lulusan Pendidikan Luar Bisaa
UNS pada 31 Mei 2004. Beliau mendapat SK mengajar di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar
sejak tahun 2004 hingga saat ini.
Menurut
penuturan Ibu Utami sebenarnya SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar
mempunyai kurikulum tersendiri yaitu Kurikulum Fungsional Alamiah. Dari pihak
yayasan sudah mengajukan kurikulum tersebut kepada Depdiknas akan tetapi sampai
saat ini belum ditanggapi. Padahal syarat sebuah sekolah atau yayasan
menggunakan kurikulum tersendiri ketika kurikulum
tersebut sudah dilegalkan oleh Depdiknas.
Walaupun
kurikulum yang diajukan belum dilegalkan belum dilegalkan, pihak sekolah tetap
menggunakan Kurikulum Fungsional Alamiah. Hal ini bukan berarti pihak yayasan
maupun sekolah tidak mengikuti aturan pemerintah, hal ini dilakukan karena jika
pihak sekolah dan yayasan menggunakan kurikulum yang sesuai dengan pemerintah
akan kesulitan dan dari pihak anak ABK pun tidak bisa mengikuti. Kurikulum yang
digunakan di sekolah ini lebih sederhana daripada kurikulum KTSP, karena
masing-masing anak ABK, khususnya Tunagrahita mempunyai tinjauan masing-masing,
dan juga setiap anak ABK mempunyai kurikulum yang berbeda sesuai dengan kekurangannya.
Akan
tetapi untuk memenuhi tuntutan dari pihak Depdiknas, pihak sekolah membuat dua
macam laporan, yaitu satu laporan untuk memenuhi tuntutan Depdiknas yang berupa
raport dengan angka-angka yang sejenis dengan raport anak tidak berkebutuhan
khusus (ATBK) sedangkan raport yang satunya lagi merupakan raport mengenai hasil
evaluasi di kehidupan sehari-hari yaitu raport yang berupa kalimat-kalimat
seperti raport anak TK.
Jumlah
siswa yang dikategorikan masuk ke kelas Pink ada 3 siswa, yaitu Agus, Udin, dan
Bowo. Pengkategorian masing-masing kelas ini berdasarkan kemampuan mental yang
setara, perkiraan kisaran IQ yang sama, dan secara fisik mereka sudah besar ,kemampuannya
lebih baik dan secara umur kalender sudah cukup tua. Di sekolah ini belum
dilaksananakan tes IQ , padahal kisaran IQ ini digunakan untuk mengkategorikan
ABK untuk masuk ke kelas yang mana. Hal ini dikarenakan pengadaan tes IQ ini
membutuhkan biaya, padahal pihak yayasan belum mempunyai dana yang cukp untuk
melakukan tes IQ. Kelas Pink merupakan kelas mampu rawat dan mampu latih,
dibandingkan dengan kelas lainnya kelas Pink merupakan kelas yang lebih baik
berdasarkan mental dan IQ nya.
Hal-hal
yang diajarkan di sekolah ini merupakan hal-hal yang diusahakan dapat membuat
ABK Tunagrahita menjadi mandiri. Di sekolah ini tidak di ajarkan teori-tyeori
karena ABK malah tidak dapat menerima pelajaran yang berupa teori. OLeh karena
itu di sekolah ini lebih banyak alat-alat olahraga, agar siswa ABK dapat
bergerak dan berolahraga. Selain itu sistem pembelajaran disini lebih banyak
menggunakan sistem percontohan, maksudnya dari pihak guru memberikan contoh
yang baik-baik, maka lama-kelamaan siswa akan meniru. Contohnya : Ketika kami
baru sampai di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar
beberapa ABK Tunagrahita langsung menyalami kami. Ternyata guru telah membisaakan
ABK untuk menyalami tamu atau orang yang mereka temui, mereka diajarkan
kesopanan. Siswa ABK Tunagrahita maupun Cacat ganda juga dibisaakan untuk
melakukan sholat dhuha, awalnya para guru yang member contoh, sehingga para ABK
mau mengikutinya. Di setiap kelas juga disediakan cermin yang besar, cermin ini
digunakan untuk bercermin, akan tetapi ada tujuan tambahan yaitu agar para ABK
membisaakan merapikan pakaian dan dirinya atau untuk melatih untuk
berpenampilan yang lebih baik.
Selain
belajar untuk menjadi mandiri, ABK juga diajarkan keterampilan. Keterampilan
unggulan di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar adalah membuat telur asin dan
bubuk jahe. Siswa ABK, khususnya Tungrahita memang tidak bisa mengerjakan
proses keterampilan ini dari awal sampai akhir, akan tetapi mereka mempunayi
andil dalam keterampilan ini. Contohnya : Agus bisaanya membantu mengupas jahe.
Bagi kita yang normal mengupas jahe mungkin adalah hal yang sangat mudah
dilakukan, akan tetapi mengajarkan kepada ABK Tunagrahita mengupas jahe itu
membutuhkan waktu yang tidak cepat. Tidak heran jika menurut guru di SLB-C.G
BINA SEJAHTERA Karanganyar untuk mengajarkan sesuatu kepada ABK tungrahita
membutuhkan waktu yang lama dan perlu banyak pengulangan.
Di SLB-C.G BINA
SEJAHTERA Karanganyar juga terdapat jadwal pelajaran setiap harinya. Mulai dari
pagi hari sudah ada jadwal pelajaran setiap harinya, akan tetapi pada pagi hari
selalu ada pengkondisian oleh masing-masing guru kelompok, hal ini dimaksudkan
agar setiap harinya proses belajar diawali dengan kesenangan dan kebahagiaan
untuk ABK. Hal ini dilakukan karena jika pada pagi hari ABK suadah rewel maka
seharian ia akan rewel, begitu juga sebaliknya ketika di pgi hari sudah
dikondisikan agar mereka senang, maka seharian itu mereka akan senang dan tidak
rewel. Contoh jadwal hari senin dari jam
07.00-09.00 adalah mata pelajaran agama. Selama dua jam tersebut guru melakukan
pengkondisian terhadap siswa ABK di kelasnya sambil di sisipi tentang agama,
tetapi bukan berupa teori.
Beberapa
kemampuan yang dilatih disini adalah bina diri, memasak, berkebun,
Olahraga,dll. Sasaran utamanya adalah kemampuan bina diri, contoh dari bina
diri adalah latihan sikat gigi, latihan mandi, latihan berpenampilan yang baik.
Masing-masing dari guru yang terdapat di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Ibu Utami sendiri mempunyai tanggung
jawab sebagai guru kelompok Pink dan bina diri. Sedangkan Bapak Mukhidi sendiri
sebagai penanggung jawab music.
SLB-C.G
BINA SEJAHTERA Karanganyar tidak mengadakan tes tertulis karena memang para
siswa ABK khususnya Tunagrahita tidak bisa mengikuti tes tertulis. Oleh karena
itu jenis tes yang diutamakan adalah tes keterampilan. Seperti yang telah
dicontohkan di atas keterampilan agus yang dapat mengupas jahe yang akan dibuat
jahe bubuk. Tingkat penilaian tes keterampilan tergantung presentase bantuan
yang diberikan oleh guru kelompok. Semakin kecil bantuan yang diberikan oleh
guru kelompok maka nilainya akan semakin baik.
Walaupun
ABK tunagrahita membutuhkan waktu untuk mempelajari sesuatu, tetapi beberapa
dari mereka tetap ada yang memiliki talenta yang bagus. Contohnya adalah Agus.
Agus adalah ABK tunagrahita dan tunadaksa (cacat ganda) yang mempunyai talenta
di bidang music. Agus bisa memainkan dram dengan baik dan bagus. Kemampuan
bermain dramnya ia peroloeh sejak ia sekolah di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar.
Dan saat ini ia sedang mempelajari organ. Guru yang melatihnya bermain music
adalah Bapak Mukhidi selaku Kepala Sekolah SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar.
SLB-C.G BINA SEJAHTERA
Karanganyar juga melakukan penjaringan dan penyuluhan terhadap keluarga yang
mempunyai anak yang merupakan ABK Tunagrahita maupun cacat ganda. Hal ini
dilakukan agar pihak keluarga tidak menyembunyika anaknya yang mempunyai
kebutuhan khusus. Masing-masing guru di beri tanggung jawab untuk menjaring dan
membantu memberikan penyulihan terhadap dua ABK, akan tetapi karena
keterbatasan tenaga kerja program penjaringan dan penyulhan ini kurang
berjalan. Ada juga beberapa kelurga yang telah mendapat penyuluhan dan
penjaringan tetap tidak bisa memasukan anaknya ke SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar,
kendalanya adalah ekonomi atau tidak mampu membiayai. Biaya disini bukan biaya
sekolah, tetapi biaya hidup selama di
asrama, sedangkan untuk sekolah biayanya gratis.
Sekolah ini menerima ABK yang umurnya
berkisar 7-35 tahun, tetapi apabila ada yang umurnya lebih dari 35 tahun dan
mau dititipkan di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar, pihak yayasan masih bisa
menerimanya. Hanya ada beberapa kendala, kebanyakan keluarga yang menitipkan
saudara atau anaknya di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar, dan ketika umurnya
melebihi 35 tahun dan akan dipulangkan, keluarga menolak dan meminta untuk
tetpa tinggal di asrama SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar. Banyak dari
keluarga SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar yang menghilang setelah menitipkan
anak atau saudaranya di SLB-C.G BINA SEJAHTERA Karanganyar. Contohnya Ardhi
yang bisaa dipanggil gepeng oleh teman-temannya. Ia berasal dari Lampung, ia
dititipkan oleh keluarganya ketika berumur 7 tahun. Pihak yayasan dan orang tua
telah membuat kesepakatan mengenai biaya asrama, tetapi setelah beberapa bulan
pihak sekolah mengirim surat ke rumahnya di Lampung ternyata keluarganya sudah
pindah, dan sampai saat ini tidak ada komunikasi dengan keluarnya. Ardhi
sendiri lahir pada tahun 1986. Ardhi sendiri merupakan salah seorang ABK
tunagrahita yan penalarannya cukup baik dan bisa menolong orang lain. Selain
tiu ia memiliki sifat kepemimpinan.
Kejadian yang di alami Ardhi yang
ditinggal keluarganya, juga banyak di alami oleh ABK yang lainnya.
Ø
Hambatan dan masalah yang dihadapi anak tunanetra
Pada umumnya anak tunanetra
mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan
timbulnya beberapa masalah antara lain:
1. Curiga
terhadap orang lain
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra
kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun
akan terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi
sifat curiga terhadap orang lain.
Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan
kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi dan mobilitas,
upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan membantu anak tunanetra dalam
menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
2. Perasaan
mudah tersinggung
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh
terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu
menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
3. Ketergantungan
yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau
mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang
lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri,
berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi,
berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.
Kebanyakan
anak tunanetra memang cenderung memiliki berbagai
masalah baik yang berhubungan dengan masalah pendidikan, sosial, emosi,
kesehatan, pengisian waktu luang, maupun pekerjaan. Permasalahan tersebut perlu
diantisipasi dengan memberikan layanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan
dan kesempatan yang luas bagi anak tunanetra sehingga permasalah yang timbul dalam berbagai aspek dapat
ditanggulangi sedini mungkin. Sedangkan pada tahapan
sensori motorik, hambatan sosial yang dialami anak tunanetra secara langsung
akan menghambat kemampuannya dalam pengamatan dan penginderaan terhadap dunia
sekitarnya. Namun secara umum anak
tunanetra cenderung memiliki daya ingat yang tinggi tapi rendah dalam
penguasaan konsep dan memiliki indera pendengaran yang sangat tajam.